Logo Bloomberg Technoz

Selain Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah, Rusia pun menyatakan bakal mengurangi produksi. 

Sementara itu, Gedung Putih menyebut keputusan OPEC+ itu tidak didasarkan atas pertimbangan matang. Amerika Serikat (AS) akan tetap berfokus untuk menjaga harga BBM bersama dengan produsen dan konsumen.

Pada kuartal I-2023, harga minyak mengalami koreksi kuartalan terdalam sejak 2020. Investor menghindari risiko karena berbagai sentimen, mulai dari krisis perbankan hingga aksi demonstrasi besar-besaran di Prancis. Walau ada optimisme bahwa pemulihan di China akan akan menjaga harga tetap tinggi.

“Keputusan ini, seperti Oktober lalu, dapat dibaca sebagai sinyal jangka pendek bahwa Arab Saudi dan OPEC akan mencegah aksi jual massal (sell-off). Keputusan ini tentu tidak akan diterima oleh Gedung Putih,” sebut riset RBC Capital Markets LLC.

Harga minyak yang tinggi akan membuat inflasi ikut naik, yang kemudian membuat tugas bank sentral menjadi kian sulit. Investor memandang Bank Sentral AS (THe Federal Reserve/The Fed) mungkin menahan diri untuk menaikkan suku bunga acuan pada rapat Mei mendatang.

Goldman Sachs Group Inc menaikkan proyeksi harga minyak Brent sebelum pengumuman OPEC+. Goldman menaikkan proyeksi harga Brent menjadi US$ 95/barel untuk Desember 2023.

“OPEC+ memiliki kekuatan untuk menentukan harga, dan keputusan pengurangan produksi ini konsisten dengan doktrin mereka yaitu bertindak preemtif,” sebut riset Goldman Sachs.

Kabar pengurangan produksi OPEC+ menutupi kesepakatan antara Irak dengan wilayah semi-otonom Kurdistan yang membuat ekspor minyak kembali bisa dilanjutkan. Gangguan produksi di wilayah ini membuat harga minyak meroket lebih dari 9% pekan lalu.

(bbn)

No more pages