Sementara itu, tingkat pertumbuhan sub sektor pariwisata tercatat telah melampaui pertumbuhan sebelum pandemi. Setelah sebelumnya, sektor akomodasi, makanan, dan minuman terhantam sangat keras oleh pandemi Covid-19.
Sri Mulyani menyebut, pada 2020 lalu mengalami pertumbuhan negatif 10,3% (year-on-year/yoy). Secara rinci, sektor akomodasi pertumbuhannya negatif 24,5% (yoy) pada momen tersebut serta sektor makanan dan minuman pertumbuhannya negatif 6,9% (yoy).
“Tetapi jika Anda melihat apakah mereka sudah melampaui tingkat pra-pandemik, akomodasi dan makanan dan minuman sekarang sudah 14,8% di atas pra-pandemik setiap tingkat pra pandemik naik. Jadi ini benar-benar berarti bahwa tidak hanya tingkat pertumbuhan, tetapi mereka sudah mengatasi,” tutur Sri Mulyani.
Sektor pariwisata berkontribusi atau memiliki andil 3,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per September 2023, besaran tersebut tercatat masih lebih rendah jika dibandingkan dengan besaran pada sebelum pandemi yang sebesar 4,7%.
Dengan begitu, ia menegaskan bahwa sektor pariwisata harus bisa tumbuh lebih besar lagi. Terlebih, pemerintah telah memberikan berbagai insentif pada sektor ini yang diharapkan dapat menjadi daya ungkit pertumbuhan sektor ini.
“Kami menyediakan insentif berdasarkan sektor tertentu dalam hal ini adalah regional. Semakin Anda memiliki wilayah yang menantang karena jarak jauh dan aksesibilitas, Anda akan memiliki insentif fiskal dalam bentuk insentif pajak, sehingga akan jauh lebih menarik,” pungkas Sri Mulyani.
Sebagai tambahan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno mengakui investasi di sektor pariwisata masih lesu, ia memproyeksikan sektor ini perlu tambahan investasi sekitar US$15 miliar-US$20 miliar atau setara Rp239,9 triliun-Rp319,9 triliun.
Sandiaga menjelaskan bahwa pada tahun lalu investasi yang menyasar sektor pariwisata berada di besaran US$3,604 juta atau setara 114,33% dari target tahun 2023 sebesar US$2,608 juta. Meskipun begitu, hampir dari 80% investasi tersebut hanya menargetkan hotel, restoran, dan kafe.
“Kami butuh lebih banyak investasi di ekosistem, termasuk pengembangan produk pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berbasis masyarakat yang inklusif. Kami sebenarnya butuh lebih dari US$15-US$20 miliar investasi,” kata Sandiaga dalam Forum Investasi Pariwisata Internasional 2024 di kawasan PIK, Rabu (5/6/2024).
(azr/lav)