Pada 2020, Jerman memutuskan untuk menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada 2038 untuk menuju netral karbon pada 2045.
Saat ini, LEAG memproduksi listrik sebanyak 7 gigawatt dari pembangkit lignit. Angka itu setara dengan 10% total produksi listrik Jerman.
Sebanyak EUR 1,2 miliar dari dana kompensasi akan dipakai untuk biaya sosial dan alih guna tambang batu bara. Sementara sisanya digunakan untuk mengkompensasi penurunan pendapatan LEAG.
“Ini adalah fondasi bagi kami untuk transformasi menjadi kekuatan energi hijau,” tegas Thorsten Kramer, CEO LEAG, dalam keterangan tertulis.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sebenarnya masih bertengger di area bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 55,43. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 48,57. Menghuni zona jual (short), tetapi cenderung netral.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 141/ton. Jika tertembus, maka US$ 145/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target support terdekat adalah US$ 135/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun lagi menuju US$ 129/ton.
(aji)