Tiga model Toyota yang dimaksud berkontribusi kurang dari 2% dari 11 juta kendaraan yang diproduksi produsen mobil tersebut tahun lalu. Penghentian pengiriman akan berdampak pada dua jalur perakitan yang bertanggung jawab atas produksi sekitar 130.000 unit per tahun.
Skandal sertifikasi terbaru ini muncul di atas skandal lain yang terungkap selama setahun terakhir, yang dapat berdampak bagi reputasi kelompok perusahaan Toyota yang lebih luas. Pada Desember, penyelidikan internal Daihatsu Motor Co menunjukkan sebagian besar kendaraannya belum diuji ketahanan tabrakan dengan baik. Toyota Industries Corp juga menangguhkan semua pengiriman mesin pada Januari setelah penyelidikan mengungkapkan pihaknya telah memalsukan angka output daya.
Skandal terbaru yang muncul ini "sangat disesalkan," kata Ken Saito, menteri ekonomi, perdagangan, dan industri, dalam jumpa pers di Tokyo. Dia menambahkan, pihaknya sedang menyelidiki dampak pada pemasok dan akan merespons dengan tepat.
Toyoda, cucu pendiri perusahaan, merujuk pada sebuah kejadian di dealer di mana beberapa langkah perawatan dihilangkan saat memeriksa mobil dengan performa dan presisi yang ditingkatkan, sehingga dianggap sebagai inspeksi palsu.
"Ini akan menjadi kesempatan bagi pemerintah dan produsen peralatan asli untuk mencari tahu apa yang terbaik untuk pelanggan, daya saing industri otomotif Jepang, dan bagaimana menjalankan sistem sertifikasi itu sendiri," kata Toyoda.
Sistem ini mengharuskan produsen mobil untuk memberi tahu Kementerian Transportasi terlebih dahulu tentang produksi dan penjualan kendaraan baru, untuk diperiksa kesesuaiannya dengan standar keselamatan.
"Dalam banyak kasus, bahkan jika proses sertifikasi tidak diikuti dengan tepat, pengujian yang secara efektif bahkan lebih ketat dilakukan dalam banyak kasus selanjutnya," tulis Arifumi Yoshida, analis di Citigroup Global Markets Japan Inc, dalam sebuah laporan. "Menurut pandangan kami, insiden ini kemungkinan akan memicu dorongan untuk meninjau ulang proses sertifikasi."
Honda ditemukan telah memalsukan data terkait kebisingan dan output mesin bensin, yang berdampak pada lebih dari 3 juta unit di bawah 22 model termasuk Accord dan Odyssey. Produsen mobil tersebut tidak menemukan pemalsuan untuk mobil yang saat ini dijual, atau untuk model mendatang.
Secara terpisah, Mazda mengatakan telah memalsukan hasil tes dan merusak unit yang digunakan untuk uji tabrakan pada lima model, termasuk Mazda2 dan Roadster RF. Kejanggalan teridentifikasi di lebih dari 150.000 unit yang diproduksi produsen mobil tersebut sejak 2014 untuk pasar Jepang.
"Jika tidak ada masalah yang ditemukan meskipun tes menyimpang, pertanyaannya menjadi apa prosedur dan kondisi yang ditetapkan oleh sistem sertifikasi sejak awal," kata analis Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida.
(bbn)