Inflasi inti di luar makanan dan energi, pada Februari juga melandai baik secara bulanan (0,3% vs 0.5% pada Januari) maupun tahunan (4,6% vs 4,7%). Keduanya lebih rendah dari prediksi pasar. Adapun inflasi super inti (supercore inflation) yang mengecualikan gas, listrik dan perumahan, naik 0,3%, memperlihatkan tren disinflasi pada Februari.
Data terbaru yang menunjukkan mulai kalemnya inflasi di negeri paman sam memantik ekspektasi bahwa Fed, bank sentral AS, akan lebih cepat mengakhiri serial kenaikan bunga sejak 2022 yang telah menekan harga emas. Sebaliknya, bila itu berakhir, emas akan melesat.
“Inflasi yang lebih rendah dari perkiraan itu akan membuat Fed tidak terlalu hawkish dan itu positif bagi emas,” komentar Bart Melek, Global Head of Commodity Strategy di TD Securities seperti dikutip Bloomberg News, Sabtu (1/4/2023). Ia memprediksi emas akan menembus US$ 2.000 April ini.
Inflasi yang melandai ditambah guncangan sektor perbankan sebagai buntut dari kebijakan pengetatan moneter sejak tahun lalu, memperkuat harapan bahwa agresivitas Fed akan segera terhenti. Mengacu pada CME FedWatch Tool, probabilitas Fed akan menahan bunga di level 5% pada FOMC 3 Mei mendatang mencapai 51,6%. Adapun kemungkinan Fed menaikkan Fed Fund Rate ke level 5,25% mencapai 48,4%.
Emas Antam bisa tertahan
Pergerakan harga emas batangan yang diproduksi oleh Antam dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Itu karena harga emas Antam adalah hasil konversi emas dunia dari dolar AS ke rupiah. Ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, harga emas lokal akan semakin menguat. Begitu pun sebaliknya, bila nilai tukar rupiah menguat biasanya harga emas Antam cenderung turun.
Pergerakan nilai tukar rupiah belakangan terpantau menguat dengan posisi terakhir di Rp 14.995 per dolar AS. Kurs JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) yang mengukur kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valas domestik, bahkan lebih rendah di level Rp 14.977/US$, Jumat lalu. Keperkasaan rupiah diprediksi akan berlanjut menuju level support kunci di Rp 14.800/US$, menurut Ibrahim, analis emas dari Laba Forexindo.
Dengan prospek harga emas global yang berpeluang menuju US$ 2.000 di tengah penguatan nilai tukar rupiah, harga emas Antam bisa tertahan kenaikannya. Pada Jumat pekan lalu, harga emas Antam turun Rp 6.000 ke posisi Rp 1,072 per gram diikuti penurunan harga buyback ke kisaran Rp 959.000, menjadikan selisih keduanya tetap di atas Rp 100.000.
Di pasar internasional, harga emas ditutup melemah melemah 0,56% di level US$ 1.969,28 dibanding hari sebelumnya, pada penutupan perdagangan Jumat lalu.
~ dengan asistensi Yvonne Yue Lie dari Bloomberg News dan Laporan Riset Bloomberg Economics
(rui/evs)