Logo Bloomberg Technoz

Inflasi AS Melandai, Harga Emas Bisa Lebih Mahal

Ruisa Khoiriyah
02 April 2023 13:43

Ilustrasi emas batangan. (Andreas Gebert/Bloomberg)
Ilustrasi emas batangan. (Andreas Gebert/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas mencatat lompatan mendekati posisi termahal sepanjang sejarah pada Maret lalu, menyusul ketidakpastian yang meningkat di pasar keuangan global akibat gejolak sektor perbankan di Amerika dan Eropa.

Harga logam mulia itu diperkirakan akan semakin melesat pada April ini sejalan dengan laju disinflasi Amerika yang lebih cepat dari prediksi. Hal itu mengerek harapan bahwa Federal Reserve akan segera mengakhiri agresivitas kenaikan bunga acuan. Itu memberi alasan bagi harga emas untuk naik lagi.

Harga kontrak berjangka emas di pasar internasional sempat menyentuh rekor tertinggi di posisi US$ 2.000,25 per troy ounce, pada 20 Maret lalu, mendekati level tertinggi sepanjang masa yang terjadi ketika pandemi merebak 2020 lalu.

Pergerakan itu juga membuat banderol emas di Indonesia semakin mahal. Emas fisik yang dijual Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang (Tbk) sempat melambung ke posisi Rp 1,096 juta per gram pada 24 Maret, termahal sepanjang masa. 

Memasuki April, harga emas mendapatkan peluang mencetak rekor baru menyusul data terakhir inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari prediksi pasar. Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index pada Februari naik 0,3%, melambat dari bulan sebelumnya sebesar 0,6%. Itu berarti secara tahunan, indeks harga melambat ke 5%, dari 5,3% pada Januari lalu.