Logo Bloomberg Technoz

Pos beban terbesar berasal dari penyusutan dan amortisasi sebesar Rp1,16 triliun dan beba operasi, pemeliharaan, serta jasa telekomunikasi sebesar Rp1,01 triliun. 

Alhasil, laba usaha FREN tersisa sebesar Rp59,20 miliar, turun 52,33% dibandingkan posisi sebelumnya yang sebesar Rp124,1 miliar.

Kemudian, FREN juga menanggung rugi selisih kurs sebesar Rp38,30 miliar, berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya yang justru surplus Rp244,2 miliar. 

Beban bunga dan keuangan lainnya juga membengkak menjadi Rp318,6 miliar dari sebelumnya, Rp269,9 miliar.

Setelah diakumulasi dengna pos beban dan lainnya, FREN mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusiakn kepada entitas induk sebesar Rp253,4 miliar.

Potensi Tender Offer Usai Merger

Isu penggabungan usaha atau merger antara EXCL dan FREN memasuki babak baru. Kedua pihak pada pekan lalu mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait aksi korporasi tersebut.

Dari EXCL, penandatanganan dilakukan oleh Axiata Group Berhad. Adapun pengendalian EXCL dilakukan melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. 

Kemudian dari FREN, pendandatanganan dilakukan oleh tiga pihak, yakni PT Wahana Inti Nusantara, PT Global Nusa Data, dan PT Bali Media Telekomunikasi. Ketiga entitas ini merupakan kepanjangan tangan Grup Sinarmas untuk pengendalian FREN.

Perjanjian oleh para pengendali itu juga yang memunculkan isu baru, terkait kewajiban tender offer.

Berdasarkan informasi dari pelaku pasar yang mengetahui rencana ini, merger FREN dan EXCL akan membuat Axiata Group melakukan mandatory tender offer. Harga tender offer diperkirakan di level Rp3.500/saham.

(ibn/dhf)

No more pages