Terkait itu, Bendahara Negara memberikan contoh negara-negara yang berhasil keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap) dengan cara meningkatkan produktivitas negaranya.
Korea Selatan, ia menyebut negara itu konsisten menjaga produktivitas dalam besaran tinggi, tercermin dari peranan sektor manufaktur yang terus tumbuh diatas 10% setiap tahunnya. Selanjutnya Taiwan, menurutnya investasi pada negara ini bahkan tumbuh 20% dan sektor manufaktur tumbuh diatas 8%.
“Hal ini menunjukkan selain kualitas dan produktivitas dari sumber daya manusia maka perbaikan iklim investasi untuk meningkatkan peranan investasi dan pertumbuhan sektor manufaktur menjadi sangat kunci bagi perjalanan menuju Indonesia emas,” tuturnya.
Sri Mulyani mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dalam KEM-PPKF pada kisaran 5,1% hingga 5,5%. Ia menegaskan bahwa angka tersebut merupakan besaran yang cukup ambisius, namun tetap realistis.
Sebagai tambahan, pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok anggaran belanja pendidikan untuk tahun 2025 sebesar Rp708,2 triliun hingga Rp741,7 triliun.
Besaran itu tercatat naik Rp76,7 triliun atau sebesar 11,53% jika dibandingkan anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
“Untuk mendukung penguatan mutu pendidikan tersebut anggaran pendidikan pada tahun 2025 diperkirakan berkisar Rp708,2 triliun sampai dengan Rp741,7 triliun,” ucap Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Senin, (20/5/2024).
Bendahara Negara menjelaskan bahwa anggaran pendidikan 2025 akan difokuskan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing, termasuk peningkatan gizi anak sekolah.
(azr/lav)