"Bisa bagi-bagi, 50:50. APBN 50%, APBD 50% misalnya," ujar Jokowi.
Menurut dia, pembangunan ART lebih murah dari Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), dan Kereta Cepat.
Dia mengatakan, biaya pembangunan kereta MRT sekitar Rp1,1 triliun per Km pada awal pembangunan. Kini, biaya tersebut membengkak hingga Rp2,3 triliun.
Pembangunan kereta LRT, menurut Jokowi bisa lebih murah karena hampir seluruh komponen pembangunan, termasuk gerbong kereta merupakan produk dalam negeri. Biaya pembangunannya tercatat sekitar Rp600 miliar per Km.
Sedangkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh tercatat sekitar Rp780 miliar per Km.
Menurut Jokowi, pembangunan transportasi umum pada kawasan perkotaan memang harus tetap digenjot, termasuk opsi pembangunan ART. Hal ini merujuk pada potensi jumlah penduduk pada kawasan perkotaan akan terus meningkat.
Dia memprediksi, 70% warga Indonesia akan memilih tinggal di kawasan perkotaan dalam kurun 20 tahun mendatang atau 2045. Bahkan, secara global, 80% warga dunia akan berada di kawasan perkotaan pada 2058.
"Kota-kota akan macet. Kalau tak percaya kita lihat nanti," ujar Jokowi.
(dec/frg)