Menurut Kementerian Perhubungan, pihak berwenang memasuki kantor pusat Toyota di Nagoya pada Selasa pagi pukul 9:30 waktu setempat.
Pejabat Kementerian Perhubungan mengatakan mereka juga akan melakukan inspeksi di lokasi terhadap Honda, Mazda, Yamaha Motor Co, dan Suzuki Motor Corp.
"Kami lalai dalam proses sertifikasi dan memproduksi massal mobil kami tanpa terlebih dahulu mengambil langkah pencegahan yang tepat," kata Chairman Toyota Akio Toyoda kepada wartawan pada Senin. "Untuk itu, kami mohon maaf kepada pelanggan kami dan semua penggemar otomotif."
Toyota mengatakan penghentian pengiriman akan mempengaruhi dua jalur perakitan yang bertanggung jawab atas produksi 130.000 unit per tahun. Produsen mobil terbesar di dunia ini memproduksi dan menjual lebih dari 11 juta kendaraan penumpang pada 2023.
Sementara itu, Mazda mengaku telah memalsukan hasil tes dan mengubah unit yang digunakan untuk uji tabrakan pada lima model, termasuk Mazda2 dan Roadster RF, menurut pernyataan perusahaan pada Senin. Kejanggalan tersebut teridentifikasi pada lebih dari 150.000 unit yang diproduksi perusahaan sejak 2014 untuk pasar Jepang.
"Kami akan menanggung biaya yang dikeluarkan kepada pemasok karena penghentian pengiriman," kata CEO Mazda Masahiro Moro. Dia menambahkan pihaknya akan berupaya mencegah agar kelalaian ini tidak terulang. Penghentian tersebut kemungkinan akan mempengaruhi 3.500 pesanan, dan pihaknya belum mempertimbangkan penarikan kendaraan (recall) saat ini.
Moro berpendapat bahwa masalah data ini disebabkan oleh kesalahan interpretasi karyawan terhadap manual prosedur yang tidak jelas, bukan "melindungi reputasi perusahaan" atau "pemalsuan data yang disengaja."
Honda, di sisi lain, ditemukan memanipulasi data terkait kebisingan dan output mesin bensin, yang mempengaruhi lebih dari 3 juta unit. Meski demikian, pelanggan tetap dapat menggunakan kendaraannya, termasuk Accord dan Odyssey, karena masih memenuhi standar legal. Produsen mobil tersebut tidak menemukan pemalsuan pada mobil yang saat ini dijual, atau untuk model mendatang.
Saham Honda turun hingga 2% pada perdagangan pagi hari.
Krisis Kepercayaan
Temuan ini merupakan pukulan terbaru bagi kepercayaan terhadap produsen mobil Jepang yang semakin terpuruk. Awal tahun ini, Kementerian Perhubungan memerintahkan hampir 90 produsen untuk memeriksa ulang prosedur pengujian mereka setelah penipuan selama puluhan tahun terungkap di dua perusahaan afiliasi Toyota.
Pada Desember, penyelidikan internal Daihatsu Motor Co menunjukkan sebagian besar kendaraannya belum menjalani uji keselamatan tabrakan dengan benar. Toyota Industries Corp juga menangguhkan semua pengiriman mesin pada bulan Januari setelah penyelidikan mengungkapkan mereka telah memalsukan angka output daya.
Penyelidikan terbaru ini merupakan tindak lanjut dari serangkaian skandal yang melibatkan perusahaan seperti Nissan Motor Co, Mazda, dan Suzuki selama lebih dari satu dekade, termasuk pemalsuan data emisi dan konsumsi bahan bakar. Produsen airbag Takata Corp dinyatakan bangkrut pada 2017 setelah salah satu krisis penarikan kendaraan terbesar di dunia.
Menurut analis otomotif senior Bloomberg Intelligence Tatsuo Yoshida, pengembangan kendaraan saat ini lebih kompleks dan produsen mobil berusaha menghindari peningkatan jumlah staf, yang dapat memaksa mereka menyimpang dari proses tradisional dan menyebabkan ketidakberesan.
Namun, ia menambahkan, masalah ini berbeda dengan skandal yang melibatkan Daihatsu. Dan dampaknya terhadap ekonomi akan terbatas.
Dari 68 kasus yang sudah disimpulkan dalam penyelidikan terbaru, kementerian juga menemukan kesalahan pada empat produsen mobil lainnya: Honda, Mazda, Yamaha Motor, dan Suzuki. Kementerian memerintahkan kelima produsen mobil tersebut untuk menangguhkan pengiriman semua kendaraan dengan sertifikasi yang salah.
(bbn)