Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan dalam perdagangan hari ini, Selasa (4/6/2024) terungkit oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan data manufaktur.
Indeks dolar AS tertekan ke 104 ketika imbal hasil Treasury, surat utang AS, turun di semua kurva di mana tenor 10Y menyentuh 4,400% dan 2Y turun ke 4,816%.
Sinyal penguatan rupiah hari ini juga terlihat di pasar offshore. Kontrak NDF rupiah 1 bulan dan 1 minggu ditutup menguat di pasar New York semalam dan pagi ini bergerak makin kuat di kisaran Rp16.209-Rp16.210/US$.
Para pemodal kini menjadi lebih optimistis terhadap kemungkinan penurunan bunga acuan Federal Reserve tahun ini pasca data manufaktur AS menunjukkan pelemahan .
Kinerja manufaktur AS, tercermin dari indeks S&P Global Manufaktur pada Mei memang masih menapak di zona ekspansi 51,3. Akan tetapi, data lain seperti ISM Manufacturing dan ISM New Orders pada Mei masing-masing semakin terperosok di 48,7 dan 45,1, lebih buruk dari bulan lalu dan lebih rendah ketimbang ekspektasi.
Data itu menguatkan pandangan bahwa industri manufaktur di AS tersebut tengah kesulitan meraih momentum akibat biaya pinjaman yang tinggi, keterbatasan investasi dan pelemahan belanja konsumen. Para produsen juga sedang berjuang melawan kenaikan biaya input.
Data-data itu mengungkit ekspektasi terhadap peluang penurunan bunga acuan Federal Reserve (The Fed) di mana di pasar swap, para trader menaikkan probabilitas penurunan Fed fund rate setelah September hingga 50%.
"Ada beberapa tanda-tanda keterpurukan di sektor riil meski terutama pada sisi konsumsi. Investor mewaspadai indikasi tren penurunan akan semakin cepat," kata Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Market seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Sinyal itu memberi angin pada aset-aset emerging market termasuk mata uang Asia. Pagi ini di pembukaan beberapa bursa Asia, mata uang terlihat menguat. Won Korea dibuka menguat 0,32%. Begitu juga yuan offshore yang naik tipis 0,01%.
Hari ini, investor juga akan mencermati lelang sukuk negara (SBSN) di tengah mood pasar yang tengah naik. "Kami perkirakan tingkat permintaan pada lelang SBSN hari ini naik ke rentang Rp19 triliun hingga Rp23 triliun dari lelang sebelumnya Rp16,5 triliun," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan menuju Rp16.200-Rp16.180/US$. Level resistance selanjutnya berpotensi terus dan lanjut menguat ke Rp16.150/US$ di kisaran MA-50 dan MA-100.
Melihat tren jangka menengah, rupiah berhasil membentuk tren pembalikan arah, serta ada di trendline channel yang berpotensi menuju Rp16.100/US$, tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
Sebaliknya, bila rupiah memberikan indikasi pelemahan, support terdekat menuju Rp16.250/US$, sementara range gerak rupiah dalam support di antara Rp16.240-Rp16.300/US$.

(rui)