Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan sudah terdapat 17 perbankan yang mendapatkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) berupa pengurangan pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan besaran maksimal yakni 4%.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro menjelaskan bahwa terdapat 142 bank umum dan bank syariah yang telah memanfaatkan insentif KLM, namun hanya terdapat 17 bank yang berhasil mendapatkan besaran maksimal dari insentif tersebut.
“Kalau data kami ada 17 bank umum mencapai KLM 4%, yang 11 bank umum syariah. Jadi yang lainnya juga diatas 3 jadi akan catch up [menyusul]. Apalagi kalau kami bicara bank-bank akan memanfaatkan peluang untuk mereka dorong, memang tidak semua bank bisa tapi sudah oke,” kata Solikin dalam taklimat media di kantornya, Senin (3/6/2024).
Ia memproyeksi, bahwa dengan pelonggaran insentif KLM yang dilakukan maka kredit perbankan dapat tumbuh pada batas atas yang telah ditetapkan BI, yakni sekitar 12%.
Adapun, insentif KLM, lanjut Solikin berpotensi memberikan andil terhadap pertumbuhan kredit perbankan sebesar 0,6%- 0,7% pada akhir tahun nanti.
“Ini cara perhitungannya terhadap DPK [dana pihak ketiga], kalau misalkan 4% dikalikan taruhlah DPK mei Rp8600 triliun itu kalau dikalikan 4%, tapi itu DPK rupiah mungkin dikalikan besarnya itu sehingga mengurangi GWM,” ucapnya.
Meskipun begitu, BI belum dapat memperkirakan potensi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dari meningkatnya kinerja perbankan akibat pelonggaran insentif KLM yang diberikan BI.
“Kredit-kan nominal, kalau pertumbuhan ekonomi itu riil. Nanti kami perhitungan, kalau impact [dampak] pada riil tentu lebih rendah yang nominal karena dikurang inflasi,” kata Deputi Gubernur BI Juda Agung.
Lebih lanjut, Juda turut menyampaikan bahwa terdapat potensi penambahan likuiditas sebesar Rp81 triliun atau 3,4% dari DPK akibat perluasan cakupan sektor prioritas KLM.
Dengan nilai insentif KLM yang tercatat per Maret 2024 sebesar Rp165 triliun, maka total tambahan likuiditas dari KLM diprediksi mencapai Rp246 triliun. Serta, pada akhir tahun diperkirakan terdapat tambahan Rp115 triliun sehingga mencapai Rp280 triliun.
Juda juga memberikan contoh perhitungan besaran insentif KLM yang didapat perbankan apabila menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas tertentu. Berikut ini rinciannya:
Hilirisasi
Nilai Rata-Rata Pembiayaan (year-on-year/yoy)
≥2%-5%: Insentif yang didapat 0,6%
>5%-8%: Insentif yang didapat 0,8%
>8%: Insentif yang didapat 0,8% + maksimal tambahan 0,2%
Sektor Otomotif, Perdagangan, Listrik-Gas-Air, Jasa Sosial
Nilai Rata-Rata Pembiayaan (year-on-year/yoy)
≥1%-3%: Insentif yang didapat 0,4%
>5%-8%: Insentif yang didapat 0,5%
>8%: Insentif yang didapat 0,5% + maksimal tambahan 0,2%
Perumahan
Nilai Rata-Rata Pembiayaan (year-on-year/yoy)
≥2%-5%: Insentif yang didapat 0,3%
>5%-6%: Insentif yang didapat 0,4%
>6%: Insentif yang didapat 0,4% + maksimal tambahan 0,2%
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nilai Rata-Rata Pembiayaan (year-on-year/yoy)
≥3%-7%: Insentif yang didapat 0,4%
>7%-8%: Insentif yang didapat 0,5%
>8%: Insentif yang didapat 0,5% + maksimal tambahan 0,2%
Dengan begitu, besaran insentif KLM 4% merupakan besaran yang didapat oleh perbankan atas akumulasi besaran insentif dari masing-masing kelompok dan besaran kredit yang telah disalurkan perbankan.
“[tambahan maksimal] merupakan tambahan KLM paling banyak sebesar 0,2% untuk masing-masing sektor tertentu sepanjang besaran KLM bank secara keseluruhan belum mencapai 4%,” sebagaimana tertulis dalam tayangan yang ditampilkan.
(azr/spt)