Logo Bloomberg Technoz

Jisman mengatakan, penerima subsidi terbesar adalah pelanggan golongan rumah tangga daya 450 volt ampere (VA) sekitar 45,46%—45,99% atau Rp38,18 triliun–Rp40,16 triliun.

Lalu, diikuti golongan rumah tangga daya 900 VA sekitar 18,88%—18,97% atau Rp15,75 triliun—Rp16,68 triliun.

Selanjutnya, sosial sekitar 14,65%—14,8% atau Rp12,16 triliun—Rp13,08 triliun. Lantas, bisnis kecil 11,31%—11,52% atau Rp9,39 triliun—Rp10,18 triliun. 

Berikutnya, industri kecil 7,15%—7,37% atau Rp5,93 triliun—Rp6,51 triliun. Keenam, pemerintah 0,44%—0,45% atau Rp0,36–Rp0,39 triliun. Terakhir, lainnya 1,49%–1,52% atau Rp1,24 triliun–Rp,1,52%.

Alasan Kenaikan 

Menurut Jisman, alasan kenaikan subsidi listrik terjadi seiring dengan peningkatan asumsi makro ekonomi pada 2025, seperti dari kurs dan ICP, penjualan listrik, persentase bahan bakar minyak (BBM) serta penurunan susut jaringan.

Sekadar catatan, kurs mengalami peningkatan dari Rp15.000/dolar AS, ICP naik dari US$82/barel, persentase BBM naik dari 3,06% menjadi 3,23% pada APBN 2024. Sementara, susut jaringan turun dari 8,58% menjadi 8,38%.

(dov/wdh)

No more pages