“Dan juga adanya bea keluar yang dikenakan untuk ekspor konsentrat Freeport untku Juli—Desember 2023,” lanjutnya.
Pendapatan Melesat
Pada kesempatan yang sama, dia juga mengatakan pendapatan perusahaan sanggup menyentuh US$11,5 miliar (sekitar Rp186,56 triliun) pada 2024, setelah pemerintah memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga.
Jenpino melaporkan, pada 2023, pendapatan PTFI mencapai US$9,3 miliar. Tahun ini, perusahaan memproyeksikan pendapatan akan anjlok menjadi US$7,4 miliar jika pemerintah tidak memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga selepas Mei.
“Namun, apabila kami diberikan izin ekspor, pendapatan akan mencapai US$11,5 miliar pada tahun ini,” ujarnya.
Demikian halnya dengan laba bersih, yang ditaksir mencapai US$4,2 miliar pada 2024 dengan skenario relaksasi ekspor dan US$2,2 miliar jika tidak ada perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga. Sepanjang 2023, Freeport mencatat laba US$3,2 miliar.
“Dari sisi EBITDA, pada 2023 kami mencapai US$5,8 miliar. Proyeksi 2024, EBITDA ini diperkirakan US$4,4 miliar jika tanpa izin ekspor dan apabila dengan izin ekspor akan mencapai US$7,6 miliar,” kata Jenpino.
Mulai tahun ini, Freeport juga merencanakan investasi sosial secara berkesinambungan dengan rata-rata nilai mencapai US$100 juta per tahun.
(wdh)