Poin yang pertama adalah proposal untuk mengolaborasikan kebijakan sektor keuangan dan kesehatan, sebagai pelajaran dari pandemi Covid-19 untuk menghadapi krisis sektor kesehatan pada masa depan.
Selanjutnya, proposal untuk kolaborasi di bidang pendanaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta literasi sistem keuangan digital.
Lalu, kesepakatan untuk mengatasi isu keamanan pangan di Asia Tenggara. “Ini mencakup fokus ke dukungan pendanaan untuk kesejahteraan dan kestabilan pangan di kawasan. Fokus ini juga akan dibawa ke KTT Asean, menyangkut upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan [kecukupan] nutrisi di kawasan.”
Selanjutnya, kata Sri Mulyani, adalah kesepakatan untuk memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi. Dalam kaitan itu, otoritas fiskal di Asia Tenggara akan saling mengadakan kerja sama bilateral antarinstansi kepabeanan dan perpajakan guna mempermudah akses investasi dan perdagangan antaranggota Asean.
Kesepakatan selanjutnya berkaitan dengan pendanaan infrastruktur di Asean. Termasuk di antaranya infrastruktur yang mengakomodasi transisi energi.
“Kita sudah meluncurkan Asean Taxonomy for Sustainable Finance Version 2 [skema pendanaan untuk transisi energi di Asean] guna menyempitkan disparitas dalam transisi energi antaranggota Asean dan membuat pendanaannya lebih inklusif. Dengan demikian, tidak ada anggota yang tertinggal di belakang [dalam hal transisi menuju energi bersih],” jelas Sri Mullyani.
Hasil pertemuan pertama AFMGM di Bali akan ditindaklanjuti dalam pertemuan kedua tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral Asean pada semester kedua 2023 di Jakarta.
Sekadar catatan, KTT Asean tahun ini akan berlangsung sebanyak dua kali. Forum pertama pada 9–11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, forum kedua diagendakan pada 1–7 September 2023 di Jakarta.
(wdh/frg)