"Tentara Pembebasan Rakyat China selalu menjadi kekuatan yang tidak dapat dihancurkan dan kuat dalam mempertahankan penyatuan tanah air, dan akan bertindak tegas dan kuat setiap saat untuk mengekang kemerdekaan Taiwan dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah berhasil dalam upayanya," kata Dong kepada forum tersebut pada Minggu.
"Siapa pun yang berani memisahkan Taiwan dari China akan hancur berkeping-keping dan menderita kehancurannya sendiri."
Bereaksi terhadap pernyataan menteri China, pemerintah Taiwan mengatakan bahwa mereka sangat menyesalkan pernyataan "provokatif dan tidak rasional" tersebut.
Komentar Dong di Singapura menyusul pembicaraan tatap muka substantif pertama dalam 18 bulan terakhir antara kepala pertahanan China dan AS. Dong dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bertemu selama lebih dari satu jam di hotel mewah yang menjadi tempat penyelenggaraan forum tersebut.
"Kami selalu terbuka untuk pertukaran dan kerja sama, tetapi ini mengharuskan kedua belah pihak untuk bertemu di tengah jalan," kata Dong. "Kami percaya bahwa kami membutuhkan lebih banyak pertukaran justru karena ada perbedaan di antara kedua militer kami."
Setelah pertemuan itu, Austin mengatakan bahwa percakapan telepon antara komandan militer AS dan China akan dilanjutkan "dalam beberapa bulan mendatang", sementara Beijing memuji hubungan keamanan yang "menstabilkan" antara kedua negara.
Pemerintahan Presiden Joe Biden dan China telah meningkatkan komunikasi untuk meredakan gesekan antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengunjungi Beijing dan Shanghai bulan lalu.
Fokus utamanya adalah dimulainya kembali dialog militer-ke-militer, yang dipandang sangat penting untuk mencegah perselisihan yang tidak terkendali.
China membatalkan komunikasi militer dengan AS pada tahun 2022 sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taiwan.
Di Laut China Selatan, yang diklaim China hampir seluruhnya dan di mana China sering terlibat dalam konfrontasi dengan kapal-kapal Filipina, Dong memperingatkan adanya "batasan" untuk menahan diri Beijing.
China telah menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina di perairan yang disengketakan di Second Thomas Shoal dan Scarborough Shoal, yang direbut Beijing dari Filipina setelah kebuntuan selama berbulan-bulan pada tahun 2012.
"China telah cukup menahan diri dalam menghadapi pelanggaran hak dan provokasi, tetapi ada batasnya," kata Dong.
China menuduh AS menggunakan Filipina sebagai "pion" untuk menimbulkan masalah di Laut China Selatan.
Setelah insiden Scarborough Shoal, Manila membawa kasus ini ke arbitrase internasional. Pengadilan memutuskan untuk memenangkan Filipina, dan bahwa klaim China tidak memiliki dasar hukum. Beijing mengabaikan keputusan tersebut.
(red/ros)