Logo Bloomberg Technoz

Tren penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen negatif bagi emas. Sebab, emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. 

Saat mata uang Negeri Paman Sam terapresiasi, maka emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas pun berkurang sehingga harga mengikuti.

Pekan lalu, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Penguatan dolar AS disebabkan oleh ekspektasi pasar bahwa suku bunga acuan akan bertahan di level tinggi dalam waktu lama (higher for longer).

“Saya rasa investor menyadari bahwa suku bunga tinggi yang ada saat ini masih akan berlanjut,” ujar Tim Waterer, Chief Market Analyst di KCM Trade, seperti diberitakan Bloomberg News.

Saat ini, Federal Funds Rate berada di 5,25-5,5%. Ini menjadi yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.

Emas juga merupakan aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.

Emas 'Jadi-jadian'

Koreksi harga emas Antam terjadi saat publik dihebohkan dengan kabar beredarnya emas ilegal. Kejaksaan Agung mengungkap telah terjadi peredaran emas ilegal dalam kurun waktu 2010-2021.

"109 ton (emas Antam ilegal) yang diedarkan di pasar secara bersamaan logam PT Antam (Tbk) resmi," ujar Dirdik Jampidsus Kejagung, Kuntadi dalam konferensi pers, Rabu (29/5/2024) malam.

Kuntadi menyebut berdasarkan alat bukti permulaan yang cukup, keenam tersangka yakni mereka para General Manager di Unit Bisnis Pengolahan & Pemurnian Logam Mulia (UBPP LM) PT Antam Tbk yang menjabat pada kurun waktu  2010-2021.

Namun sepertinya isu tersebut tidak mempengaruhi pembentukan harga emas Antam. Dinamika harga emas Antam lebih terkait dengan pergerakan harga emas dunia.

(aji)

No more pages