Angka inflasi yang disesuaikan belanja konsumen secara tak terduga juga melemah 0,1%, terseret penurunan pengeluaran barang dan belanja jasa yang lebih lemah. Pertumbuhan upah, yang menjadi penyebab utama kenaikan permintaan, juga telah melambat.
Data-data itu mendukung skenario softlanding perekonomian AS dan memberi peluang lebih besar bagi The Fed untuk melakukan pelonggaran moneter tahun ini.
Para pemodal kembali melakukan pertaruhan dengan menyerbu lagi aset-aset saham maupun surat utang. Yield Treasury bergerak turun di semua kurva di mana UST-10Y saat ini terpantau di 4,495%, sedangkan tenor 2Y bergerak ke 4,873%.
Hari ini, perhatian pelaku pasar global akan terarah pada data industri manufaktur Amerika, S&P Global US Manufacturing Index, berikut ISM manufaktur. Disusul keesokan hari adalah rilis rekrutmen lapangan kerja swasta, JOLTS job opening serta data factory order.
Sementara dari dalam negeri, pemodal akan mencermati pengumuman data inflasi Mei oleh Badan Pusat Statistik siang nanti yang didahului oleh data PMI Manufaktur untuk Mei pagi ini yang dilaporkan angkanya turun meski masih di zona ekspansi yaitu dari 52,9 pada April menjadi 52,1 pada Mei. Pekan ini, Bank Indonesia juga akan mengumumkan data cadangan devisa pada Jumat nanti.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit hari ini, setelah tekanan di pasar mulai sedikit mereda di saat penutupan perdagangan pekan kemarin. Rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat pada level Rp16.220/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$, dan juga terdapat Rp16.150/US$ - Rp16.100/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dalam tren jangka menengah, atau dalam sepekan, dengan time frame daily.
Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp16.300/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp16.350/US$ yang makin menjauhi MA-50, dan MA-100.
(rui)