"Ini termasuk mengamankan keamanan energi dengan memperluas kapasitas daya seperti pembangkit listrik tenaga batu bara."
Berdasarkan data Global Energy Monitor, China juga telah membangun dan menambah kapasitas pembangkit listrik batu baranya mencapai lebih dari 60 GigaWatt (GW), yang mencakup dua pertiga dari penambahan kapasitas secara global.
Tren pengadopsian teknologi AI juga dinilai akan turut menghabiskan banyak sumber energi untuk operasinya.
Alvin mencontohkan, kueri pencarian dalam ChatGPT, membutuhkan sekitar 6 sampai 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan pencarian di website Google secara normal, dengan perkiraan konsumsi daya 2,9 Watthour (Wh) untuk ChatGPT dan 0,3 Wh untuk Google.
"Selain itu, konsumsi energi pusat data global untuk mendukung AI akan meningkat karena hyperscaler seperti Google, Amazon, dan Facebook meluncurkan belanja modal besar untuk membangun pusat data." jelas Alvin.
Secara total, pengeluaran belanja modal atau capital expenditur (capex) para raksasa teknologi global tersebut diperkirakan akan mencapai US$49 miliar pada 2030, naik signifikan dari tahun ini yang senilai US$37 miliar.
Selain kedua faktor itu, adanya cuaca ekstrem gelombang panas yang terjadi di sejumlah negara juga dapat turut menambah permintaan konsumsi listrik. India, negara konsumen batu bara terbesar kedua dunia melaporkan suhu udara mencapai lebih dari 50 derajat celcius pada kemarin.
“Gelombang panas ini adalah dampak dari perubahan iklim. Ini karena terlalu banyak karbon dioksida dalam atmosfer, akibat kita terlalu banyak membakar batu bara dan gas alam," ujar Andrew Pershing, Wakil Presiden Climate Central, seperti diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih setia di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 86,52.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun, RSI di atas 70 juga menjadi sinyal jenuh beli (overbought).
Posisi overbought kian nyata dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 100. Sudah maksimal, sangat jenuh beli.
Dengan demikian, harga batu bara masih berisiko turun. Target support terdekat adalah US$ 136/ton. Jika tertembus, maka US$ 124/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 150/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik menuju US$ 154/ton.
(ibn/dhf)