“Kedua adalah pemberdayaan ekonomi ketika mereka sudah di sini, sudah kembali lagi. Mereka memiliki cukup uang untuk melakukan aktivitas ekonomi yang baik,” tutur Juda.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa masih terdapat sejumlah penipuan yang terjadi di sistem pembayaran dan sistem keuangan RI, termasuk investasi fiktif. Menurutnya, para PMI masih banyak terkena modus investasi tersebut.
Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan sumbangan devisa dari PMI mencapai US$14,22 miliar, atau sekitar Rp220 triliun sepanjang 2023.
Ia menjelaskan bahwa sumbangan devisa sebesar US$14,22 miliar dari PMI memiliki andil besar dalam cadangan devisa RI, hingga menduduki peringkat kedua setelah ekspor migas.
“Berdasarkan data statistiknya jadi pekerja migran Indonesia setiap tahun menyumbangkan US$ 14,22 miliar sehingga ini cadev atau devisa yang berasal dari mereka ini nomor 2 setelah migas,” kata Juda.
Dalam kaitan itu, setoran devisa tersebut berasal dari 5 juta PMI yang tercatat oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
(azr/lav)