Logo Bloomberg Technoz

Selain itu kata dia, seharusnya komunitas dan private sector diberi insentif agar ikut menanggulangi tingginya persentase perokok di RI.

"Era pemerintah bekerja terlalu banyak tidak terlalu diperlukan lagi," jelasnya.

Di sisi lain secara ekonomi RI, industri tembakau sangat berperan, hal ini dinilai dari Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad.

"Realisasi penerimaan cukai, yang tahun 2021 mencapai Rp. 188,81 triliun, tahun 2022 naik menjadi Rp218,62 triliun dan tahun 2023 turun menjadi Rp213,49 triliun rupiah,"ujarnya saat berbincang kepada Bloomberg Technoz, Jumat (31/5).

"Industri pengolahan tembakau menyumbang 0,71 % PDB pada tahun 2023. Artinya sangat besar sekali peranannya dalam perekonomian,"tambahnya.

Lebih lanjut, Tauhid pun menilai bahwa mengapa masyarakat tetap membeli rokok meski tarif cukai rokok sekarang tinggi. 

"Karena rokok sudah menjadi kebutuhan pokok setelah beras bagi masyarakat bawah," pungkasnya.

Merujuk data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Data tersebut pun menunjukkan kenaikkan bila melihat data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). 

“Kita dihadapkan dengan bahaya pertumbuhan perokok aktif di Indonesia, terutama pada anak remaja,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti dikutip dalam rilis Kementerian Kesehatan RI.

(dec/spt)

No more pages