Logo Bloomberg Technoz

Mitos Sell in May and Go Away Terbukti, Investor Asing 'Kabur'

Muhammad Julian Fadli
31 May 2024 14:16

Ilustrasi IHSG. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi IHSG. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ungkapan "Sell in May and Go Away" kembali menjadi topik hangat di kalangan investor saham. Fenomena ini menggambarkan adanya kecenderungan investor untuk menjual saham mereka sebagai langkah antisipasi terhadap potensi penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan.

Frasa tersebut merupakan strategi investasi yang berbeda dengan pendekatan dan metode lainnya. Strategi ini tidak bergantung pada fundamental perusahaan, ataupun juga analisis teknikal. Sebaliknya, Sell in May and Go Away didasarkan pada faktor musiman atau sifat "Seasonal Strategy".

Sebagai gambaran, Sell in May and Go Away menyarankan untuk menjauhi pasar saham pada rentang waktu tertentu, khususnya saat Mei. Adapun alasan di balik strategi ini adalah asumsi, dan dugaan bahwa rentang waktu tersebut didominasi oleh sentimen negatif, baik global maupun regional.

Data Historis Indeks Harga Saham Gabungan Mei 2024 (Bloomberg Seasonality)

Berdasarkan data Bloomberg, berkaca dari sejarah IHSG sepanjang Mei bergerak konsisten di zona merah, dengan mencatatkan rata-rata pelemahan mencapai 1,80%. 

Pada Mei 2023 IHSG ambles 4,08%, bersamaan dengan 2022 juga minus 1,11%. Juga pada 2021 IHSG melemah 0,80%.