Potensi lain adalah menjamurnya ISP ilegal diikuti praktik judi online, penyebaran kontan tak pantas. Hal ini utamanya efek peningkatan akses internet yang tidak diimbangi dengan literasi digital.
Starlink kini beroperasi berbasis pemancar atau antena yang terhubung dengan satelit LEO dengan ketinggian antara 200–2.000 km di atas permukaan laut. Melalui satelit NGSO dengan kekuatan 180 Gbps HTS Ka/Ku-Band, Starlink bisa merambah layanan mandiri tanpa bantuan operator seluler, atau dikenal dengan direct to cell.
Menurut Arif ini menjadi ancaman berikutnya untuk penyelenggaran selular lokal, penyedia infrastruktur menara telekomunikasi, dan seluruh ekosistem industri. Hal yang sama diutarakan Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah.
Telkom mulai mengutarakan keresahan bahwa layanan LEO akan mengganggu bisnis perusahaan, pasalnya yang tadinya Starlink menjalankan skema business to business (B2B) lewat kerja sama Telkomsat (anak usaha Telkom), kini menjadi business to consumer (B2C) atau melayani langsung ke konsumen.
“Kalau pakai antena (layanan Starlink) ini bandingkan dengan IndiHome, bedanya (Starlink) satelit, ini (IndiHome) fiber optic, nanti yang ada juga layanan handphone seperti biasa akses ke Starlink,” jelas Ririek kemarin.
“Peluang itu ada, ini saya ngomong apa adanya, lalu eksistensi meningkat tajam, harganya juga jauh menurun, dan akhirnya lebih kompetitif, peluang itu ada, akan tergerus.”
Bogi Witjaksono, Direktur Wholesale dan Layanan Internasional Telkom mengakui keunggulan satelit mengorbit rendah menjadikan Starlink selangkah lebih maju dalam hal kecepatan dan kapasitas internet.
“Karena orbit, jarak satelit dan bumi semakin pendek maka latensi atau delay makin kecil sehingga seperti menggunakan jaringan terrestrial,” jelas Bogi, yang juga Komisaris Telkomsat.
Awal Starlink beroperasi di Indonesia:
- Bekerja sama dengan Telkomsat untuk memberi layanan penyelenggara jaringan penghubung (backhaul)
-
Fasilitator penyelenggara jaringan B2B
Starlink pasca beroperasi PT Starlink Services Indonesia:
- Bekerja sama dengan Telkomsat untuk memberi layanan penyelenggara jaringan penghubung (backhaul)
- Fasilitator penyelenggara jaringan B2B
-
Tambahan, pelayanan penyediaan internet untuk segmen ritel
Pasar Indonesia yang besar, lanjut Bogi, tidak hanya dibidik oleh Starlink. Akan hadir banyak layanan LEO lain yang akan masuk ke Indonesia. “Dalam waktu dekat akan banyak satelit lokal orbit yang masuk ke negara kita,”
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Gerindra Andre Rosiade membela Telkom dan menyatakan Starlink hadir tanpa menyelesaikan persyaratan terlebih dahulu, masih belum memiliki kantor resmi di Indonesia, dan belum membayar pajak atas layanan tersebut ke Indonesia.
Andre menekankan perlu ada perhatian serius karena Starlink telah untung banyak masuk ke pasar Indonesia. Ia menyoal kerjasama yang akan dijalani antara Starlink dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menyediakan pelayanan internet kepada 3.400 Puskesmas di Indonesia.
Menurutnya, pola kolaborasi ini akan lebih baik jika melibatkan Telkom dibandingkan Starlink. “Elon Musk ini untung banyak masuk Indonesia dengan Starlink ini, karena apa? Kita kan berharap dia investasi mobil listrik ke Indonesia, atau kalau nggak bisa mobil listrik, dia bikin investasi pabrik baterai di sini. Tapi kan, baru akan, baru janji,” tegas dia.
Harris Turino, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP menambahkan bahwa pemerintah Indonesia diduga mengistimewakan Starlink karena boleh beroperasi namun masih mendorong penyelesaian pembangunan Network Operating Center (NOC). “Kan harusnya jelas, izinnya dulu komplit baru boleh beroperasi,” pungkas dia.
Mengklarifikasi perihak NOC, kuasa hukum Starlink Services Indonesia menyatakan, telah mematuhi regulasi juga melaksanakan kewajiban dari pengambil kebijakan, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Untung Starlink Vs Pemerataan Akses Internet
Bulan November tahun lalu Elon Musk menyatakan telah mencatatkan impas atas kinerja keuangan proyek Starlink di seluruh dunia. Layanan ini juga menjadi penyumbang paling besar dari seluruh satelit yang aktif.
Lewat keunggulan orbit dengan 500-2.000 km melawan teknologi lama satelit berjarak 36.000 km, Starlink diprediksi mampu meraup dana pendapatan Rp105 triliun dari pelanggan di seluruh dunia. Laba bisa mencapai Rp60 triliun. Starlink akan mengalahkan rival terberat di dunia SES dan Intelsat—dengan potensi kenaikan pendapatan 80% dibandingkan 2023.
“Jika Anda ingin menempatkannya dalam konteks, SES dan Intelsat mengumumkan bahwa mereka akan bergabung—mereka akan memiliki pendapatan gabungan sekitar US$4,1 miliar (sekitar Rp65,6 triliun),” Quilty dilaporkan Bloomberg News. Ramalan ini merupakan hasil analisis Quilty dan memiliki potensi ketidakakuratan.
Pemerintah Indonesia sejak tahun lalu sudah diisukan akan mendorong Starlink berinvestasi di Indonesia. Terbukti dengan rangkaian pemberian izin dan sertifikasi penyelenggara sektor telekomunikasi dengan permintaan bahwa Starlink akan fokus pada pengembangan jaringan interent non-perkotaan, disampaikan Menko Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Pengamat teknologi siber dan jaringan keamanan IT, Alfons Tanujaya menilai Starlink berjualan di segmen ritel justru menguntungkan Indonesia. Ia tidak khawatir dengan ancaman penggunaan tidak bertanggung jawab Starlink, seperti disampaikan beberapa pihak.
Menurutnya esensi perkembangan teknologi adalah disrupsi. Teknologi baru mengubah dunia karena lebih handal, cepat, murah, efisien. Teknologi baru akan mengkanabil teknologi lama. Jika hanya bertahan pada keadaan sekarang, merupakan kerugian besar.
"Takut dimata-matai karena Starlink, tetapi apakah Anda sadar kalau anda menggunakan Whatsapp, Google Maps dan ponsel Android atau iPhone saja anda sudah dengan sukarela dimata-matai?" ucap Alfons.
Soal ancaman data, baginya Starlink sama berisikonya dengan jaringan internet yang eksis hari ini. Maka itu penting memiliki NOC, sebagai syarat sertifikasi. Bedanya Starlink lebih unggul bahkan punya peluang menggantikan teknologi tower industri telko dan dapat terhubung langsung ke ponsel tanpa membutuhkan alat tambahan.
Memang Starlink berpotensi untung besar, namun Indonesia juga bisa memiliki manfaat yaitu percepatan ekonomi digital. Kalkulasi Alfons nilainya berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan yang diterima Starlink. Pasalnya daerah terpencil terkoneksi, ekonomi tumbuh.
"Kalau mau protes silahkan gelar (melakukan investasi) LEO sendiri dan kalau ada yang lebih murah silahkan berpindah, sama kira-kira seperti kabel serat optik, dimana jika penyedianya lebih dari satu maka yang akan dipilih adalah yang akan memberikan layanan dan harga terbaik," pungkas Alfons.
(fik/wep)