“Selain itu, Investasi juga diperkirakan membaik pasca-Pemilu yang lebih singkat atau hanya satu putaran saja,” tulis OJK dalam laporan itu.
Sedangkan inflasi, industri perbankan menilai akan terjadi kenaikan inflasi pada triwulan II-2024 sebab naiknya harga pangan yang diakibatkan El Nino. Selain itu, meningkatnya permintaan akibat momen pasca Lebaran juga menjadi salah satu faktor tersebut.
“[Faktor] meningkatnya harga minyak akibat konflik geopolitik di Timur Tengah yang masih terjadi dan naiknya imported inflation akibat melemahnya nilai tukar [juga menjadi penyebab inflasi meningkat],” tulis OJK.
Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate diperkirakan meningkat sebesar 25 basis poin (bps) pada triwulan II-2024. Hal itu, kata OJK, sejalan dengan keputusan yang diambil BI dengan menaikkan BI Rate menjadi 6,25% pada Mei 2024.
“Selain itu, inflasi AS yang saat ini masih tinggi menyebabkan The Fed masih menahan Fed Fund Rate (FFR) [suku bunga acuan The Fed]. Per Mei 2024 suku bunga The Fed dipertahankan pada level 5,25%-5,50%,” lanjut OJK.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan melemah dari posisi kurs tengah 28 Maret 2024 sebesar Rp15.853/US$. Dalam laporan itu dijelaskan bahwa hal ini diakibatkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.
Serta, meningkatnya eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian pemangkasan suku bunga The Fed.
SPBO triwulan II-2024 melibatkan 95 bank sebagai responden. Berdasarkan data Maret 2024, porsi aset 95 bank tersebut mencapai 94,67% dari total aset bank umum.
(azr/lav)