Logo Bloomberg Technoz

Kabar dari Amerika Serikat (AS) jadi katalis kenaikan harga emas. Malam tadi waktu Indonesia, US bureau of Economic Analysis merilis data pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal I-2024. Hasilnya, ekonomi Negeri Adikuasa tumbuh 1,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Lebih rendah dibandingkan pembacaan pertama yang sebesar 1,6%.

Angka itu juga jauh lebih rendah ketimbang kuartal IV-2023 yang tumbuh 3,4%.

Pertumbuhan ekonomi 1,3% sesuai dengan ekspektasi pasar. Ini juga menjadi pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada pertengahan 2022.

Ekonomi AS yang melambat diharapkan juga akan mengurangi tekanan inflasi. Dengan demikian, terbuka harapan bank sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga acuan tahun ini.

Mengutip CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5-5,25% dalam rapat September adalah 45,1%. Naik dibandingkan sepekan lalu yang sebesar 42,1%.

Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan menjadi sentimen positif bagi emas. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.

(aji)

No more pages