Insiden terbaru ini terjadi beberapa hari setelah Korut menyatakan akan membalas "seringnya menyebarkan selebaran dan sampah lainnya" di daerah perbatasan oleh aktivis di Korsel.
"Gunungan kertas bekas dan kotoran akan berserakan di daerah perbatasan dan wilayah dalam Republik Korea (ROK) dan mereka akan langsung merasakan betapa banyak upaya yang diperlukan untuk membersihkannya," kata Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara Kim Kang Il dalam sebuah pernyataan kepada media pemerintah pada Minggu (26/05/2024) seperti diberitakan BBC.
Republik Korea atau ROK adalah nama resmi Korea Selatan, sedangkan Utara disebut sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
Pada Selasa (28/05/2024) malam, penduduk yang tinggal di utara ibu kota Selatan, Seoul, dan di wilayah perbatasan menerima pesan singkat dari otoritas provinsi yang meminta mereka untuk "menghindari aktivitas di luar ruangan."
Mereka juga diminta untuk melaporkan ke markas militer terdekat atau kantor polisi jika mereka melihat "objek tak dikenal".
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa "beberapa balon yang jatuh membawa sesuatu yang diduga kotoran manusia dilihat dari warna gelap dan baunya".
Militer Korea Selatan mengecam tindakan tersebut sebagai "pelanggaran nyata terhadap hukum internasional".
"Ini sangat mengancam keselamatan rakyat kami. Korea Utara sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi akibat balon tersebut dan kami dengan tegas memperingatkan Korea Utara untuk segera menghentikan tindakan tidak manusiawi dan kasar ini," kata militer.
Selain propaganda anti-Pyongyang, aktivis di Korea Selatan meluncurkan balon yang membawa uang tunai, konten media terlarang, dan bahkan Choco Pie - camilan Korea Selatan yang dilarang di Korut.
Awal bulan ini, kelompok aktivis yang berbasis di Korea Selatan mengklaim telah mengirim 20 balon berisi selebaran anti-Pyongyang dan stik USB berisi musik pop Korsel dan video musik ke seberang perbatasan.
Parlemen Seoul pada Desember 2020 meloloskan undang-undang yang mengkriminalisasi peluncuran selebaran anti-Pyongyang, tetapi kritik mempertanyakan kebebasan berbicara dan hak asasi manusia.
Korea Utara juga pernah meluncurkan balon ke selatan yang menyerang para pemimpin Seoul. Dalam satu peluncuran pada 2016, balon tersebut dilaporkan membawa tisu toilet, puntung rokok, dan sampah. Polisi Seoul menggambarkannya sebagai "zat biokimia berbahaya".
(del)