"Tapi dia satelitnya baru 10% nih kira-kira dari targetnya, kalau sudah naik semua nih, 40 ribuan satelit, dan mungkin bisa jauh lebih murah, nah ini mematikan nih," kata Hekal
Meskipun adanya peluang tergerus, menurut Ririek, masih terdapat sejumlah daerah yang masih bisa dikuasai oleh Telkom, meskipun Ririek tidak menjelaskan secara rinci daerah masa yang ia maksud.
"Tapi keyakinan saya pribadi ya, itu tetap masih ada area dimana kita bisa hidup" ungkap Ririek. "Kalau mati rasanya sih enggak, kalau mati ya."
Baca Juga: Starlink Hadir, Kedaulatan Data Terancam?
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arief menduga ada perlakuan khusus pemerintah kepada Starlink. Pemenuhan izin Starlink sebagai syarat sebuah perusahaan jasa telekomunikasi begitu cepat.
Ini merupakan bentuk diskriminasi, ada perlakuan istimewa, yang tampaknya tidak akan diberikan kepada pelaku jasa internet (ISP) lokal. APJII menilai proses mendapatkan sertifikasi tanpa proses jelas dan tanpa melibatkan atau konsultasi dengan pemangku kepentingan lokal.
"Ini menimbulkan tanda tanya besar. Kurangnya transparansi dan keadilan dalam proses perizinan ini, merugikan ISP lokal yang telah berjuang memenuhi standar regulasi," terang Arif saat dikonfirmasi, Kamis.
Perangkat Starlink yang tengah diuji coba netizen dan dibagikan di media sosial, juga diduga masuk indoensia secara ilegal. "Penemuan perangkat Starlink yang diduga masuk ke pasar melalui jalur ilegal, kehadiran perangkat tersebut tanpa proses standarisasi yang tepat dari otoritas terkait," tegas Arif.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan dan legalitasnya juga potensi dampak negatifnya terhadap ekosistem layanan internet di Indonesia."
(wep)