Batu bara tengah mendapat sorotan negatif saat cuaca ekstrem melanda di sejumlah negara. Salah satunya di India, di mana suhu udara bisa mencapai lebih dari 50 derajat celcius. Kemarin, suhu udara di New Delhi tercatat sempat menyentuh 52,9 derajat celcius, rekor tertinggi sepanjang masa.
“Gelombang panas ini adalah dampak dari perubahan iklim. Ini karena terlalu banyak karbon dioksida dalam atmosfer, akibat kita terlalu banyak membakar batu bara dan gas alam. Sampai kita berhenti melakukannya, maka kita akan terus menambah beban yang dirasakan orang-orang di seluruh dunia,” jelas Andrew Pershing, Wakil Presiden Climate Central, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Berikut pergerakan saham batu bara pada perdagangan hari ini, Kamis (30/5/2023):
- PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terjungkal 4,63% ke posisi Rp17.500
- PT Mitrabara Adiperdana (MBAP) ambruk 3,28% ke posisi Rp2.950
- PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) jatuh 2,78% ke posisi Rp280
- PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) drop 2,34% ke posisi Rp625
- PT Samindo Resources Tbk (MYOH) melemah 2,17% ke posisi Rp1.800
- PT ABM Investama Tbk (ABMM) terdepresiasi 1,71% ke posisi Rp3.460
- PT Resources Alam Indonesia (KKGI) turun 0,81% ke posisi Rp494
- PT Indika Energy Tbk (INDY) terjungkal 0,76% ke posisi Rp1.305
- PT Harum Energy Tbk (HRUM) melemah 0,72% ke posisi Rp1.375
- PT Atlas Resources Tbk (ARII) drop 0,71% ke posisi Rp284
- PT Royaltama Mulia Kontraktor Indo Tbk (RMKO) terpeleset 0,51% ke posisi Rp199
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah 0,1% ke posisi Rp24.350
Jika mencermati terhadap kacamata analisis teknikal, harga acuan batu bara global perlu diwaspadai bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 100. Sudah maksimal, sangat jenuh beli (Overbought).
Dengan demikian, harga batu bara masih ada risiko untuk lanjut melemah. Target support terdekat adalah US$136/ton. Jika break dengan volume tinggi, maka US$124/ton bisa menjadi target pelemahan selanjutnya.
Adapun target resistance terdekat adalah US$150/ton sekaligus menjadi level psikologisnya. Breakout di titik ini bisa membawa harga batu bara menanjak kembali menuju US$154/ton.
Selain faktor koreksi teknikal, prospek penurunan permintaan juga menghantui batu bara. Belum lama ini, China dibayangi sentimen negatif yang merupakan konsumen batu bara terbesar dunia, sepertinya permintaan batu bara akan menyusut.
Bendungan di China saat ini berada dalam kondisi penuh karena tingginya curah hujan, efek dari cuaca ekstrem. Ini akan menjadi bekal bagi Pembangkitan Listrik Tenaga Air di kawasan negara tersebut.
Curah hujan di China yang tinggi pada April dan Mei akan mendongkrak kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air. Ini pernah terjadi pada 2022 sebelumnya, di mana pada pertengahan tahun Pembangkit Listrik Tenaga Air menyumbang lebih dari 20% dalam paduan sumber energi.
(fad)