Logo Bloomberg Technoz

Nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat, sehingga membebani harga emas. Kedua aset ini memang bertolak belakang, di mana apresiasi dolar AS menjadi sentimen negatif bagi sang logam mulia.

Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama) menguat 0,46% ke 105,14. Ini membuat emas (yang dibanderol dalam dolar AS) menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.

Penguatan dolar AS terjadi di tengah penantian pasar terhadap rilis data Personal Consumption Expenditure (PCE), yang menjadi indikator pilihan bank sentral Federal Reserve dalam melihat inflasi. Data PCE akan dirilis besok malam waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan laju PCE secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,3% pada April. Sama persis dengan bulan sebelumnya.

Kemudian laju PCE tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan sebesar 2,7%, juga sama dengan Maret. Adapun laju PCE inti secara tahunan diproyeksikan 2,8%, ini pun tidak berubah dibandingkan Maret.

“Jika PCE lebih tinggi dari perkiraan, maka akan meningkatkan peluang suku bunga acuan tetap bertahan di level tinggi (higher for longer). Ini bisa membuat harga emas menguji level support US$ 2.300/troy ons,” tegas Han Tan, Chief Market Analyst di Exinity Group, seperti diberitakan Bloomberg News.

(aji)

No more pages