Tekanan Jual Surat Utang dan Saham Makin Besar, Rupiah Terseret
Tim Riset Bloomberg Technoz
30 May 2024 09:46
Bloomberg Technoz, Jakarta - Aksi jual surat utang di pasar global terpicu lelang Treasury, surat utang Amerika Serikat (AS), yang sepi tadi malam telah memantik kekhawatiran para investor akan prospek harga obligasi ke depan dengan bunga acuan The Fed kelihatannya belum akan turun dalam waktu dekat.
Imbasnya terlihat di pasar Surat Berharga Negara (SBN) pagi ini, Kamis (30/5/2024), di mana yield SBN di semua kurva merangkak naik terutama tenor panjang. FR0100 yang jatuh tempo tahun 2034, yield-nya bergerak naik ke 6,945%. Kemudian FR0101 yang jatuh tempo tahun 2029, yield-nya pagi ini bergerak ke 6,905%. Sedangkan tenor pendek, SBN-2Y pagi ini terpantau bergerak di 6,744%.
Tekanan lebih besar dicatat oleh SBN berdenominasi dolar AS (INDON) yang juga mencatat kenaikan yield. INDON 10Y naik 4,3 bps ke 5,277%, begitu juga tenor 7Y yang naik 4,1 bps menjadi 5,267%.
Investor global beramai-ramai keluar dari pasar surat utang dan semakin melejitkan imbal hasil Treasury di semua kurva di mana yield UST-10Y naik ke 4,61% dan pagi ini semakin naik ke 4,62%.
Kenaikan yield mengindikasikan ada tekanan jual yang menjatuhkan harga. Ketika harga obligasi turun, tingkat imbal hasil jadi naik karena investor meminta yield lebih tinggi agar aset kembali menarik.