Logo Bloomberg Technoz

Saham Bank Diobral Investor Asing Saat Yield US Treasury Naik

Muhammad Julian Fadli
30 May 2024 09:15

Karyawan melhat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melhat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pada perdagangan saham kemarin, Rabu 29 Mei 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan di zona merah dengan kehilangan 113,39 poin atau jatuh 1,56% ke posisi 7.140,22.

Searah dengan tren negatif yang terjadi, investor asing gencar melangsungkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp1,6 triliun pada perdagangan saham di seluruh pasar. Sama halnya, di pasar reguler investor asing juga mencatat net sell sejumlah Rp1,6 triliun.

Sentimen net sell investor asing tersengat sentimen kenaikan imbal hasil US Treasury, surat utang Pemerintah Amerika Serikat tadi malam, melonjak melesat indikasi kejatuhan harga di mana yield UST-10Y menguat ke 4,614%% dan tenor 2Y saat ini 4,975% semakin mendekati 5% lagi. Yield US Treasury di semua kurva mencatat kenaikan.

Kejatuhan harga Treasury, dipicu oleh sinyal yang keluar dari hasil lelang US Treasury oleh Kementerian Keuangan AS di mana UST-5Y dimenangkan sebanyak US$70 miliar pada yield 4,553%, di atas yield pra–lelang di 4,540%. Lonjakan imbal hasil Treasury berlanjut pasca penjualan obligasi AS tenor 7Y mencatat permintaan yang lemah.

Sinyal dari AS itu akan membebani aset-aset Emerging Market termasuk pasar keuangan Indonesia karena yield US-T yang kian tinggi mempersempit selisih dengan imbal hasil Surat Utang Negara. Saat ini, imbal hasil investasi AS dengan Indonesia hanya berjarak 233 bps, di kala suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sepertinya belum akan turun dalam waktu dekat.