Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS juga kembali menguat tajam, dan pagi ini bertahan lebih kuat di 105,13 setelah semalam berhasil melesat 0,49% sekaligus menjadi level tertinggi dalam dua pekan. Lonjakan imbal hasil US Treasury berlanjut pasca penjualan obligasi AS tenor 7Y mencatat permintaan yang lemah.

Hal itu memicu kegelisahan akan pendanaan defisit AS akan semakin menaikkan imbal hasil di kala suku bunga Federal Reserve sepertinya belum akan turun dalam waktu dekat. Yield US Treasury di semua kurva bangkit di mana UST-10Y saat ada di angka 4,614%. Tenor pendek 2Y semakin mendekati 5%, yang saat ini tengah bergerak di 4,975%.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya telah menekankan perlunya lebih banyak bukti bahwa inflasi berada di jalur yang berkelanjutan menuju target 2% sebelum mulai memangkas suku bunga acuan, yang telah berada di level tertinggi dalam dua dekade sejak Juli.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor mengambil sikap wait-and-see jelang rilis data Inflasi (PCE Price Index) AS pada Jumat mendatang.

Kekhawatiran mengenai pemangkasan suku bunga acuan di AS juga masih kuat setelah data Indeks Kepercayaan Konsumen yang dirilis oleh The Conference Board secara tak terduga keluar lebih baik dari estimasi sehingga memukul harapan bahwa Federal Reserve akan mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga tahun ini.

“Sentimen pasar juga diperburuk oleh sepinya acara lelang surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) bertenor 2 tahun dan 5 tahun semalam,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Sementara itu, konflik di Timur Tengah juga memicu kekhawatiran terhadap harga minyak yang belakangan tengah meningkat. Pagi ini, harga minyak global bergerak stabil seiringan dengan sentimen Risk-Off yang lebih luas mengimbangi ketegangan yang meningkat sebelum pertemuan pasokan OPEC+ pada Minggu.

Pasar mungkin akan memiliki nada Bearish lebih ke depan, mencermati sejumlah sentimen yang ada. Terlebih, sebuah kapal dihantam rudal dua kali di Laut Merah, dan Israel mengatakan bahwa mereka mungkin tidak akan dapat mengalahkan Hamas sebelum tutup tahun ini.

Minyak telah meningkat tahun ini karena meningkatnya konflik geopolitik dan pembatasan produksi oleh OPEC+, meskipun prospek permintaan yang melunak di China telah menekan harga selama sebulan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 1,56% ke 7.140 disertai dengan munculnya volume penjualan, koreksi dari IHSG sendiri telah menembus dari MA20-nya. 

“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG sedang berada pada bagian akhir dari wave (y) dari wave [b] dari wave B pada label hitam, dimana hal tersebut akan membawa IHSG terkoreksi kembali untuk menguji area 7.100,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (30/5/2024).

Herditya juga memberikan catatan, selama masih mampu berada di atas 7.052 atau bahkan 7.026 sebagai supportnya, maka masih terdapat peluang IHSG kembali menguat ke 7.275 hingga 7.376.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AKRA, GOTO, MDKA, dan SMGA.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan mengalami pelemahan lanjutan di Kamis (30/5).

Perhatikan pivot 7.150 sebelum support area 7.080-7.100. Secara teknikal, pelemahan IHSG di Rabu (29/5) menutup peluang pembentukan golden cross pada MACD.

“Pelemahan dialami oleh mayoritas indeks Wall Street di Rabu (29/5). Pelemahan tersebut sejalan dengan kenaikan U.S 10-year Treasury Yield dalam dua hari ke atas 4,6% di Rabu (29/5). Peluang the Fed Rate dipertahankan di 5,25% - 5,50% pada FOMC September 2024 kini berada di atas 50% berdasarkan jajak pendapat oleh CME FedWatch Tools,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi MNCN, BRMS, ACES, INDF, PGEO, dan ISAT.

(fad)

No more pages