Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan bahwa target produksi siap jual atau lifting minyak dan gas (migas) yang ditargetkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 tidak akan tercapai.

Sekadar catatan, target lifting minyak bertengger pada level 635.000 barel per hari (bopd) dan gas pada level 1,03 juta barel setara minyak per hari (boepd).

Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan proyeksi lifting migas berada di bawah target APBN 2024 karena terdapat penyesuaian dalam asumsi dasar makro 2024—2029.

Keputusan penyesuaian diambil berdasarkan rapat interdep yang melibatkan Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Bank Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Terdapat deviasi dalam realisasinya, lifting minyak [2024] diproyeksikan 596.000 bopd dan lifting gas 995.000 boepd atau di bawah target APBN 2024,” ujar Dadan dalam agenda rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/5/2024). 

Ilustrasi minyak dunia. (dok: Bloomberg)


Penyesuaian tersebut terdiri dalam 4 aspek. Pertama, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang turun menjadi 5,1% dari target APBN 2024 5,2%. Kedua, inflasi yang diproyeksikan terkerek menjadi level 3% dari 2,8% pada APBN 2024.

Ketiga, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan melemah menjadi Rp15.900 dari Rp15.000 pada target APBN 2024. Keempat, suku bunga SBN 10 tahun yang diproyeksikan mencapai 6,9% dari 6,7% pada target APBN 2024.

Dadan melaporkan, realisasi lifting minyak sebesar 567.650 bopd sampai dengan Maret 2024. Level tersebut mencapai 89,4% dari target lifting minyak 635.000 bopd yang termaktub dalam asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2024.

Sementara itu, realisasi lifting gas mencapai 885,46 ribu boepd. Angka tersebut mencapai 85,7% dari target lifting gas 1,03 juta boepd tahun ini.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mengatakan target lifting minyak Indonesia sebanyak 1 juta barel pada 2030 dipastikan mundur selama 2 hingga 3 tahun. Dengan demikian, target tersebut diproyeksikan baru bisa tercapai pada 2033.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan peninjauan ulang  terhadap target yang termaktub dalam rencana jangka panjang atau long term planning (LTP) perlu dilakukan, khususnya karena adanya pandemi Covid-19 yang menghambat operasional lifting minyak.

Dwi mengeklaim SKK Migas telah berkomitmen untuk mencapai target tersebut, bahkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) juga sudah melakukan penandatanganan komitmen untuk mewujudkan target tersebut. Namun, upaya tersebut terhambat dengan adanya pandemi Covid-19.

“Sebenarnya sudah dapatkan resume, tetapi belum secara resmi kita launching LTP baru, intinya [target lifting minyak 1 juta barel pada 2030] mundur sekitar 2—3 tahun karena diakibatkan pandemi yang kita hadapi,”  ujar Dwi dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Rabu (13/3/2024).

(dov/wdh)

No more pages