Israel mengatakan bahwa serangan tersebut didasarkan pada informasi intelijen yang akurat dan menewaskan dua pejabat senior Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Netanyahu menyebut insiden tersebut sebagai "kesalahan yang tragis."
Serangan Israel lainnya di Rafah pada Selasa menewaskan 20 orang Palestina, demikian laporan dinas pertahanan sipil Gaza. Jumlah korban tewas akibat perang secara keseluruhan kini mencapai lebih dari 36.000 orang, menurut para pejabat di daerah kantong yang dikuasai Hamas tersebut.
Laksamana Muda Daniel Hagari, kepala juru bicara militer Israel, mengatakan penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap kebakaran yang menewaskan 45 warga Gaza dalam serangan udara pada Minggu malam menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh ledakan sekunder, kemungkinan akibat senjata yang disimpan oleh Hamas di sebuah bangunan terpisah.
Ia mengatakan pesawat tempur yang menewaskan dua komandan Hamas menggunakan amunisi terkecil yang mereka miliki, dan amunisi tersebut tidak akan mampu menyulut api. Ia menambahkan bahwa peluncur roket Hamas telah ditemukan sekitar 43 meter jauhnya dan Hamas telah menanamkan dirinya di bagian Rafah di antara tempat berlindung warga sipil sejak 7 Oktober.
Hagari juga memutar sebuah panggilan telepon yang disadap yang menurutnya antara dua warga Gaza yang membahas ledakan dan kebakaran. Salah satunya berbicara tentang "amunisi yang mulai meledak" dan yang lain menjawab, "Ini adalah gudang amunisi. Saya beri tahukan kepada Anda bahwa itu meledak. Maksud saya, bom Yahudi itu tidak kuat, itu adalah rudal kecil karena tidak membuat lubang yang besar."
Terowongan Mesir
Militer Israel telah menemukan sejumlah terowongan dari Rafah ke Mesir dan menghancurkannya, kata Hagari, seraya menambahkan bahwa Mesir terus diinformasikan.
Israel telah berjanji untuk menyerang Rafah sambil membatasi korban sipil, bahkan ketika populasi kota itu membengkak menjadi sekitar 1,4 juta orang yang sebagian besar mengungsi. Amerika Serikat dan sekutu-sekutu lainnya khawatir akan terjadinya kematian massal, dan telah mendesak Israel untuk membatalkan atau mengurangi secara drastis rencana penyerangan tersebut.
Perang ini telah membuat wilayah tersebut meradang dan menimbulkan kecaman yang meluas terhadap Israel. Mahkamah Internasional menerbitkan keputusan pada Jumat yang sebagian besar ditafsirkan sebagai perintah untuk menghentikan kegiatan militer di Rafah, sementara jaksa penuntut utama untuk Mahkamah Pidana Internasional sedang mencari surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, serta para pemimpin Hamas.
Pada Selasa, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi mengakui negara Palestina, yang bertentangan dengan keinginan Israel.
Konflik dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu masuk ke Israel dari Gaza pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang.
(bbn)