Tak hanya itu, dengan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam dua dekade terakhir, para pemilih umumnya merasa suram terhadap perekonomian menjelang Pemilu bulan November mendatang.
Hal ini terutama diilustrasikan dalam laporan hari Selasa, ketika persepsi konsumen terhadap kemungkinan terjadinya resesi pada tahun depan meningkat selama dua bulan berturut-turut.
Pandangan mengenai pasar tenaga kerja, kondisi bisnis dan pasar saham jarang menjadi titik terang dalam laporan yang menunjukkan bahwa konsumen semakin khawatir terhadap kenaikan harga dan situasi keuangan keluarga mereka.
Eliza Winger, ekonom Bloomberg mengatakan pandangan yang lebih cerah terhadap pasar saham membantu meredakan kecemasan konsumen pada bulan Mei, terutama pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
“Namun, rumah tangga berpendapatan rendah – yang menanggung beban kenaikan harga, serta tantangan keterjangkauan barang-barang seperti rumah dan mobil – menjadi lebih mengkhawatirkan,” ujar Winger.
Konsumen tampak lebih khawatir terhadap inflasi, dengan rata-rata tingkat ekspektasi kenaikan ke level tertinggi tahun ini. Data yang dirilis akhir pekan ini diperkirakan menunjukkan metrik inflasi pilihan The Fed sebagian besar bergerak sideways pada bulan lalu.
“Berdasarkan data Mei, konsumen menyebut harga, terutama makanan dan bahan makanan, memiliki dampak terbesar terhadap pandangan mereka terhadap perekonomian AS,” ujar Dana Peterson, Kepala Ekonom di Conference Board, dalam sebuah pernyataan.
Pandangan masyarakat AS mengenai pasar tenaga kerja beragam – sementara lebih sedikit konsumen yang mengatakan bahwa lapangan kerja ‘banyak’, sebagian kecil mengatakan bahwa lapangan pekerjaan ‘sulit didapat’. Perbedaan antara keduanya – sebuah metrik yang diikuti oleh para ekonom untuk mengukur kekuatan pasar tenaga kerja – semakin tinggi.
Prospek pasar kerja di masa depan tidak terlalu pesimistis karena prospek pendapatan jangka pendek membaik.
(bbn)
