Namun, data yang bocor dari Jhonlin mencantumkan harga batu bara yang dikirim tersebut adalah sekitar US$28/ton, yang setara dengan nilai pasar batu bara kelas bawah yang dijual Jhonlin saat itu.
Jhonlin Group tidak menanggapi pertanyaan dari OCCRP, tetapi penambang tersebut terutama dikenal sebagai pemasok batu bara termal kualitas rendah dan menengah.
Lewat Perantara
Sebelum tiba di TANGEDCO, dokumen pengiriman batu bara tersebut dikabarkan melewati perantara, yakni Supreme Union Investors Ltd; sebuah perusahaan yang terdaftar tax haven di Kepulauan Virgin Britania Raya.
Perusahaan ini menerbitkan faktur untuk pengiriman yang sama ke Adani Global PTE Singapura – kantor pusat regional grup konglomerat tersebut – serta mencantumkan harga satuan senilai US$33,75/ton dan kualitasnya di bawah 3.500 kkal/kg yang dianggap sebagai kelas rendah.
Supreme Union Investors tidak menanggapi permintaan komentar oleh OCCRP.
Namun, ketika Adani Global mengeluarkan faktur kepada TANGEDCO untuk pengiriman sebulan kemudian, segalanya berubah. Harga satuan dicatat melonjak drastis menjadi US$91,91/ton dan kualitas batu baranya dilaporkan memiliki nilai kalor 6.000 kkal/kg, yang menandakan kualitas tinggi.
Selanjutnya, hal serupa juga terjadi pada 2 lusin pengiriman batu bara lainnya pada 2014 dengan pola yang sama, di mana Adani Group mendapatkan margin yang besar pada setiap pengiriman.
“Meskipun tidak dapat memperoleh semua faktur asli dapat dipastikan bahwa 24 pengiriman tersebut sama dalam kumpulan data ekspor dan impor dengan mencocokan kapal, berat dan tanggal pengiriman,” papar OCCRP, sebagaimana dikutip melalui laporan tersebut.
“Implikasinya adalah membayar lebih mahal untuk bahan bakar dan perlu membakar lebih banyak batu bara untuk setiap unit listrik yang dihasilkan. Sehingga lebih banyak abu terbang dan polusi,” ujar Pendiri dan Direktur Climate Energy Finance, Tim Buckley.
Selanjutnya, politisi oposisi pada 2023 menyerukan penyelidikan baru setelah Financial Times melaporkan bahwa Adani Group —yang didirikan miliarder Gautam Adani — diduga telah membayar lebih dari US$5 miliar kepada perantara untuk impor batu bara yang jauh melebihi harga pasar pada 2021—2023.
Menanggapi hal tersebut, Juru bicara Adani Group membantah tuduhan dan menyebutnya “salah dan tidak berdasar”.
“Anggapan bahwa Adani Global Pte Ltd memasok batu bara dengan kualitas yang lebih rendah ke TANGEDCO, dibandingkan dengan standar kualitas yang ditetapkan dalam tender dan PO [perintah pembelian], adalah tidak benar,” tulis juru bicara tersebut melalui surel, dikutip dari laporan OCCRP.
“Meskipun sulit bagi kami untuk mengomentari kasus-kasus individual karena banyaknya data dan waktu yang telah berlalu, belum lagi kewajiban kontrak dan hukum, penting untuk dicatat bahwa batu bara yang dipasok, terlepas dari deklarasi yang dibuat oleh pemasok, diuji kualitasnya di pabrik penerima.”
Selain itu, juru bicara Adani mengatakan pengiriman tersebut diuji kualitasnya di beberapa titik dalam prosesnya.
“Dengan batu bara yang dipasok telah melewati proses pemeriksaan kualitas yang rumit oleh berbagai lembaga di berbagai titik, jelas bahwa tuduhan pasokan batu bara berkualitas rendah bukan hanya tidak berdasar dan tidak adil tetapi juga sangat tidak masuk akal,” kata juru bicara tersebut.
(dov/wdh)