Strategi investasi produsen otomotif asing membantu China bertransformasi dari negara yang mengendarai sepeda menjadi negara yang mengendarai mobil. Produsen mobil dan merek lokal yang tidak bekerja sama dengan mitra asing dianggap lebih rendah dan tertinggal dalam hal mesin dan teknologi otomotif lainnya.
Untuk maju dan mengatasi tantangan lingkungan, Beijing bertaruh pada kendaraan hemat bahan bakar dan energi alternatif. China telah menerbitkan pedoman pada tahun 2012 yang menetapkan roadmap mengembangkan industri ini dengan menetapkan target penjualan, memberi subsidi, dan mengalokasikan sumber daya, termasuk membangun infrastruktur pengisian daya.
Xi Jinping dua tahun kemudian mengisyaratkan tekad China untuk menggunakan ini sebagai cara untuk melompati kekuatan otomotif tradisional Barat dan Asia, khususnya Jepang, rumah bagi Toyota Motor Corp.
Dengan panggung yang telah disiapkan, China membutuhkan katalis untuk memacu minat konsumen terhadap mobil listrik. Pada era tahun 2010-an sebagian besar merupakan mobil listrik garapan China hanya mempunyai jarak tempuh pendek, meski harganya murah.
Akhirnya, Tesla Inc menjadi produsen mobil asing pertama yang mendirikan operasi yang sepenuhnya dimiliki di China. Dengan izin khusus tersebut, Tesla menyelesaikan pabriknya di Shanghai pada tahun 2019. Masuknya Tesla ke pasar memotivasi para pemain lokal menghasilkan mobil listrik yang lebih baik dengan jarak tempuh lebih jauh.
Singkat cerita, di tahun 2024, dan China telah menjadi pasar mobil terbesar di dunia. Tak berhenti di situ, China mampu menjual lebih banyak kendaraan listrik dibandingkan negara lain, dengan 9,5 juta mobil yang dikirim tahun lalu.
Kini China menguasai sebagian besar rantai pasokan baterai. Juara dalam negeri BYD Co, menggeser Volkswagen untuk menjadi merek terlaris di China dan pada kuartal terakhir tahun 2023, melampaui Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia.
China juga menyalip Jepang sebagai pengekspor mobil terbesar, mengirimkan 4,14 juta unit ke luar negeri dengan 1,55 juta unit di antaranya adalah mobil listrik atau plug-in hybrids.
Pencapaian ini membuktikan bahwa kebijakan industri dan investasi Beijing membuahkan hasil. Namun, hal ini kembali menambah ketegangan dengan Barat. Keberhasilan China dalam mobil listrik, yang dapat mengganggu rantai pasokan mobil tradisional dan mempekerjakan jutaan orang, telah menjadi sumber ketidaknyamanan utama di Washington dan Brussels.
Ketika perang harga di dalam negeri dan perlambatan pertumbuhan mendorong produsen mobil China mencari pembeli untuk mobil listrik yang terjangkau dan sarat teknologi di tempat lain, mereka mengalami hambatan perdagangan, terutama di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), yang sementara itu mencoba mengembangkan rantai pasokan mobil listrik mereka sendiri. Keduanya menuduh China mengekspor kelebihan kapasitasnya.
AS telah melipatgandakan tarif impor untuk mobil-mobil China menjadi lebih dari 100%, sementara Uni Eropa sedang menyelidiki mobil listrik China, melihat apakah ada keuntungan yang tidak adil dari subsidi pemerintah.
Brazil baru-baru ini menghapus keringanan pajak untuk mobil listrik impor dan bahkan Rusia, yang merupakan sekutu terkuat Beijing dan tujuan terbesar untuk ekspor mobil China sejak perang dengan Ukraina, telah meminta produsen mobil China untuk mempertimbangkan melokalkan produksinya.
Beijing mengancam untuk membalas. Kamar Dagang China bilang kepada Uni Eropa pada 22 Mei bahwa tarif impor untuk mobil dengan mesin besar dapat dinaikkan menjadi 25% dari 15%. Ada tenggat waktu 5 Juni bagi Uni Eropa untuk memberi tahu eksportir mobil listrik China tentang temuan awal dan apakah tarif akan diberlakukan.
SAIC, perusahaan milik negara yang fasilitasnya dikunjungi Xi Jinping 10 tahun yang lalu, adalah salah satu dari tiga produsen mobil China, bersama dengan BYD dan Zhejiang Geely Holding Group Co. Ketiganya dipilih untuk diperiksa lebih lanjut oleh UE dalam penyelidikan anti-subsidi. SAIC memiliki merek MG asal Inggris, yang merupakan salah satu mobil listrik terlaris di Eropa.
Pada sebuah acara yang menandai ulang tahun ke-10 pidato Xi pada hari Jumat, para pejabat SAIC termasuk Chief Engineer Zu Sijie mengatakan bahwa mereka telah mengingat instruksi presiden dengan baik, dan perusahaan telah secara konsisten berinovasi pada sektor teknologi seperti smart driving dan mobil terkoneksi.
Li Zheng, co–founder SAIC Qingtao New Energy Technology Co, sebuah perusahaan startup baterai yang didukung oleh SAIC, mengambil kesempatan tersebut untuk menjanjikan para eksekutif tidak berpuas diri seiring meningkatnya persaingan kendaraan listrik. Ia mencatat bahwa kemajuan dalam baterai solid-state, yang memiliki kepadatan energi lebih tinggi dan risiko kebakaran lebih rendah, akan menjadi salah satu cara bagi China untuk mempertahankan keunggulannya.
“Kendaraan dengan energi baru telah menjadi industri strategis, yang diperebutkan dengan ketat oleh negara-negara di seluruh dunia, Kendaraan ini merupakan kekuatan pendukung utama bagi revitalisasi sektor ramah lingkungan di negara kami,” kata Li.
Banyak hal yang dapat terjadi dalam 10 tahun, tetapi dengan SAIC yang telah menginvestasikan sekitar 150 miliar yuan (sekitar US$21 miliar) ke dalam penelitian dan pengembangan selama satu dekade terakhir, meskipun ada perang dagang, tahun 2034 terlihat cerah.
(bbn)