Tercatat, Indonesia menghasilkan 4,10 juta ton CPO pada Maret, naik 5,5% dari bulan sebelumnya yang sebanyak 3,88 juta ton. Demikian juga dengan produksi minyak bungkil sawit atau palm kernel oil (PKO) yang mencapai 391.000 ton pada Maret, naik sekitar 5,97%.
Mukti menjelaskan kenaikan produksi tersebut dipicu oleh jumlah hari kerja Maret yang lebih banyak dibandingkan dengan Februari.
Kinerja Ekspor
Di sisi lain, total ekspor CPO dan produk turunannya pada Maret melonjak 18,21% dari sisi volume, menjadi 2,56 juta ton dari 2,16 juta ton pada Februari.
Khusus untuk CPO sendiri, ekspor melesat 114,73% secara bulanan menjadi 0,32 juta ton pada Maret. Ekspor oleokimia juga naik 17,91% menjadi 0,42 juta ton, sedangkan olahan CPO lainnya naik 12,2% menjadi 1,67 juta ton.
“Bagaimanapun, ekspor CPO justru anjlok 98,73% pada Maret menjadi 0,19 ribu ton dari 15.000 ton pada Februari. Sementara itu, ekspor biodiesel juga turun 54,54% dari 11.000 ton pada Februari menjadi hanya 5.000 ton pada Maret,” terang Mukti.
Adapun, ekspor produk turunan PKO pada Maret terperosok sebesar 5,69% menjadi 0,12 juta ton dari 0,12 juta ton pada Februari.
Gapki juga mencatat nilai ekspor CPO Maret naik 4,47% menjadi US$2,17 miliar dari US$2,08 miliar pada Februari, yang didukung oleh kenaikan harga CPO dari US$965/ton menjadi US$1.042/ton periode tersebut.
Kenaikan volume ekspor CPO terbesar adalah ke India yang sebanyak 0,35 juta ton, diikuti oleh Bangladesh 0,16 juta ton, dan China sebanyak 0,44 jut ton.
Ekspor bulanan dari Februari ke Maret tujuan Amerika Serikat turun sebesar 74.000 ton ton menjadi 0,12 juta ton, ke Uni Eropa (UE) drop 24.000 ton menjadi 0,31 juta ton, dan ke Malaysia anjlok 37.000 ton menjadi 52.000 ton.
Dengan stok awal Maret yang mencapai 3,26 juta ton, produksi CPO dan PKO 4,49 juta ton, dan konsumsi dalam negeri 1,89 juta ton dan ekspor 2,56 juta ton; maka stok akhir Maret 2024 mencapai 3,30 juta ton atau meningkat sekitar 1,09% dari bulan sebelumnya.
(red/wdh)
