Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tak menampik kerap terjadi ketidaksesuaian data antara kebutuhan Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar bagi nelayan dengan kuota yang disediakan pemerintah.
Terlebih, BPH Migas tidak memiliki data akurat mengenai kebutuhan BBM bersubsidi untuk nelayan tersebut. Walhasil, banyak nelayan mengeluh tentang sulitnya mendapatkan Solar.
"Subsidi untuk nelayan, memang terus terang sampai saat ini kami belum bisa mendapatkan data yang akurat terkait sebetulnya berapa sih kebutuhannya, karena memang nelayan itu tidak seluruhnya mengambil BBM bersubsidi di SPBN [Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan]," kata Kepala BPH Migas Erika Retnowati dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Senin (27/5/2024).
"Kemudian ketika kami melakukan monitoring, kalau kita lihat, kuotanya itu seolah-olah cukup, realisasinya rendah, tetapi banyak nelayan yang mengeluh, artinya datanya belum akurat," jelasnya.

Berkaca pada hal tersebut, Erika menegaskan BPH Migas tengah berupaya meningkatkan efisiensi dan akurasi distribusi melalui peluncuran aplikasi BPH Migas bernama XTAR.
Adapun, langkah ini diambil sebagai respons terhadap kendala yang selama ini dihadapi terkait pendataan dan penyaluran BBM bersubsidi kepada nelayan.
"Jadi kalau selama ini surat rekomendasi itu dibuat secara manual, sekarang kami sudah mempunyai aplikasi yang mengeluarkan surat rekomendasi," jelasnya.
Selain itu, BPH Migas turut memberikan kemudahan dalam peraturan terbaru mereka, yakni Peraturan BPH Migas Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penerbitan Surat Rekomendasi.
Salah satu isinya mengenai memperpanjang jangka waktu berlakunya surat rekomendasi dari yang sebelumnya hanya satu bulan menjadi maksimal tiga bulan.
Sebagai informasi, realisasi serapan JBT Solar sepanjang Januari—April 2024 telah mencapai 5,40 juta kl atau 30,07% dari alokasi sepanjang 2024.
Tahun ini, kuota Solar dalam APBN dipagu 19 juta kl, sedangkan alokasinya diperkirakan hanya 17,96 juta kl lantaran masih adanya cadangan yang belum diserap sebanyak 1,03 juta kl.
Sementara itu, serapan Solar sampai dengan akhir tahun ini diproyeksikan mencapai 17,88 juta kl atau 99,50% dari total alokasi. Adapun, proyeksi kuota JBT Solar diperkirakan mencapai 18,33 juta kl—19,44 juta kl pada 2025.
(prc/wdh)