Dalam bentrokan perbatasan, Pasukan Pertahanan Israel mengatakan “sebuah insiden penembakan terjadi di perbatasan Mesir,” dan diskusi dengan Mesir sedang berlangsung, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Israel mengatakan serangan udara Minggu malam di tenda komunitas Rafah didasarkan pada “intelijen yang tepat” dan menewaskan dua pejabat “senior” dari Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
Namun, pemerintah di seluruh dunia dengan cepat mengutuk Israel atas serangan tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia “marah,” sementara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan dia “ngeri.”
Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa gambar warga sipil tak berdosa yang tewas dalam serangan itu “memilukan.”
“Israel berhak mengejar Hamas, dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel,” kata Dewan Keamanan Nasional dalam sebuah pernyataan. “Tetapi seperti yang telah kami jelaskan, Israel harus mengambil segala tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil.”
Pasukan Israel memulai operasi di sekitar pinggiran Rafah, yang terletak di selatan Gaza, awal bulan ini. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan menyerang kota tersebut karena kota tersebut adalah benteng terakhir Hamas, kelompok Islam yang didukung Iran, dan beberapa ribu pejuangnya ditempatkan di sana.
AS dan negara-negara lain khawatir akan jatuhnya banyak korban di antara warga sipil Palestina di Rafah dan telah mendesak Israel untuk membatalkan atau membatasi serangan tersebut untuk mencegah kerugian terhadap orang-orang yang tidak bersalah.
Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya “secara aktif terlibat” dengan IDF dan mitranya di wilayah tersebut untuk menilai dengan lebih baik apa yang telah terjadi.
AS dan negara-negara lain juga menyuarakan keprihatinan mengenai serangan Israel di Rafah yang memperburuk hubungan dengan Mesir. Kedua negara Timur Tengah menandatangani perjanjian damai pada 1979, yang dipandang penting bagi keamanan Israel.
Mesir sangat vokal terhadap perang di Gaza dan secara konsisten meminta Israel untuk menyetujui gencatan senjata.
Perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika ribuan pejuang Hamas menyeberang ke Israel selatan dari Gaza, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang. Serangan balik Israel telah menewaskan sekitar 35.000 warga Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
(bbn)