Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) yang melonjak 25%, PT LinkNet Tbk (LINK) yang melesat 24,8%, dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang melejit 19,9%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) yang anjlok 24,9% PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) yang jatuh 15,3%, dan PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) yang ambruk 13,4%.

Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada tutup perdagangan Senin, KOSPI (Korea Selatan), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), TW Weighted Index (Taiwan), CSI 300 (China), Topix (Jepang), Shenzhen Comp. (China), Nikkei 225 (Tokyo), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SETI (Thailand), dan juga Straits Times (Singapura), dengan kenaikan masing-masing mencapai 2,19%, 1,45%, 1,29%, 1,27%, 1,27%, 0,94%, 0,74%, 0,57%, 0,41%, 0,18%, dan 0,08%.

Hanya dua indeks yang menemani IHSG di zona merah, yaitu PSEI (Filipina), dan KLCI (Malaysia), yang terpangkas masing-masing 0,73%, dan 0,07%.

Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam kedua di Asia pada sepanjang perdagangan Senin 27 Mei.

Sentimen yang menggerakkan indeks dalam negeri hari ini datang dari pengumuman Bank Indonesia (BI) terkait uang beredar dengan laju pertumbuhannya melambat pada April. 

"Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2024 tetap tumbuh. Posisi M2 pada April 2024 tercatat sebesar Rp8.928 triliun atau tumbuh sebesar 6,9% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,2% (yoy)," terang BI dalam laporannya yang terbit pagi tadi, Senin.

Uang Beredar dalam Arti Luas/M2 (Bank Indonesia)

Perkembangan tersebut, lanjut laporan BI, didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,5% dan uang kuasi sebesar 8,5%. Pada Maret, M1 tumbuh 7,9% dan uang kuasi tumbuh 6,2%.

Posisi M2 pada April, menurut BI, dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Penyaluran kredit pada April tumbuh sebesar 12,3%, meningkat ‘Tipis’ dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,9%.

Tak hanya sampai di situ, sentimen lanjutan juga datang dari kabar Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) pada April 2024 di mana nilai pendapatan negara mencatat penurunan secara tahunan akibat melemahnya harga komoditas, meski masih mencatat surplus.

Pendapatan negara pada April mencapai Rp924,9 triliun atau 33% dari target, dengan data tersebut, realisasi penerimaan negara ini turun 7,6% dari periode yang sama pada tahun lalu, atau year-on-year/yoy.

Sementara Belanja Negara mencapai Rp849,2 triliun, melonjak 10,9% atau 25,5% dari pagu belanja yang ditetapkan.

Alhasil, pada April 2024, APBN mencatat surplus Rp75,7 triliun atau 0,33% dari estimasi Produk Domestik Bruto tahun ini.

"Kalau dilihat dari tingkat pendapatan negara terjadi penurunan dibandingkan tahun lalu yang memang kita dapatkan Windfall dari kenaikan komoditas jadi ada 7,6% penurunan secara tahunan," jelas Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, sore hari ini, Senin.

Menteri Keuangan RI menyatakan, keseimbangan primer juga masih mencatat surplus yang masih sangat besar mencapai Rp237,1 triliun.

(fad/ain)

No more pages