Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) yang anjlok 24,9% PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) yang jatuh 16,3%, dan PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) yang ambruk 10,2%.
Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 13.20 WIB, KOSPI (Korea Selatan), TW Weighted Index (Taiwan), Hang Seng (Hong Kong), Topix (Jepang), Shanghai Composite (China), Nikkei 225 (Tokyo), CSI 300 (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Shenzhen Comp. (China), dan Straits Times (Singapura), dengan kenaikan masing-masing 1,39%, 1,11%, 1,03%, 0,87%, 0,75%, 0,67%, 0,63%, 0,15%, 0,15%, dan juga 0,09%.
Sementara itu hanya beberapa yang menemani IHSG di zona merah, yaitu PSEI (Filipina), SETI (Thailand), dan KLCI (Malaysia) yang terkoreksi masing-masing 0,92%, 0,07%, dan 0,01%.
Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam ke-dua di Asia.
Sentimen yang menggerakkan indeks dalam negeri hari ini datang dari pengumuman Bank Indonesia (BI) terkait uang beredar yang laju pertumbuhannya melambat pada April.
"Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2024 tetap tumbuh. Posisi M2 pada April 2024 tercatat sebesar Rp8.928 triliun atau tumbuh sebesar 6,9% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,2% (yoy)," terang BI dalam laporannya yang terbit pagi tadi, Senin.
Perkembangan tersebut, lanjut laporan BI, didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,5% dan uang kuasi sebesar 8,5%. Pada Maret, M1 tumbuh 7,9% dan uang kuasi tumbuh 6,2%.
Posisi M2 pada April, menurut BI, dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Penyaluran kredit pada April tumbuh sebesar 12,3%, meningkat ‘Tipis’ dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,9%.
Sementara itu dari regional tersengat sentimen positif dari laba perusahaan industri China yang meningkat positif pada April karena ekspor kembali tumbuh di bulan yang sama dan permintaan dari dalam negeri yang terus membaik, memberikan dorongan bagi perekonomian negara tersebut.
Laba industri di perusahaan-perusahaan China berskala besar melonjak mencapai 4% dari tahun-tahun sebelumnya pada April, menurut data resmi Biro Statistik Nasional pada Senin. Kenaikan di April ini membalikkan penurunan di Maret yang mengakhiri kenaikan selama tujuh bulan berturut-turut.
Menariknya, seperti yang diwartakan Bloomberg News, laba di sepanjang empat bulan pertama tahun ini melesat dengan kenaikan 4,3% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, laju yang sama dengan kuartal pertama.
Laba produsen komputer, komunikasi, dan peralatan listrik lainnya melonjak tertinggi 76% dalam empat bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menurut pernyataan NBS. Keuntungan produsen peralatan umum naik 6% selama periode tersebut.
(fad)