Beiijng telah mengisyaratkan ketidaksenangan terhadap pemerintahan baru di Taipei, menuduh Lai mengupayakan kemerdekaan dan mengganggu stabilitas wilayah tersebut. Latihan yang dilakukan China merupakan yang terbesar di Taiwan dalam satu tahun terakhir.
CCTV yang dikelola pemerintah melaporkan pada Sabtu bahwa tentara Tiongkok telah “berhasil menyelesaikan semua misi” yang ditujukan terhadap Taiwan.
Latihan tersebut memulai “era baru praktik yang dinormalisasi,” kata Zhang Chi, profesor di Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat China, dalam sebuah wawancara dengan CCTV.
“PLA akan mengambil langkah maju setiap kali separatis Taiwan melakukan tindakan provokatif,” kata Zhang.
Di Washington, Pentagon mengatakan pihaknya “tetap yakin dengan postur dan operasi pasukan AS saat ini di kawasan Indo-Pasifik” dan telah “menyampaikan kekhawatiran” terhadap latihan China.
Latihan tersebut dimaksudkan untuk “menjadi hukuman berat atas tindakan separatis pasukan ‘kemerdekaan Taiwan’,” lapor Kantor Berita Xinhua China, mengutip juru bicara militer.
“Provokasi militer sepihak China baru-baru ini tidak hanya merusak status quo perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, tetapi juga secara terbuka memprovokasi tatanan internasional, dan menimbulkan kekhawatiran serius serta kecaman dari komunitas internasional,” kata juru bicara kepresidenan Taiwan Karen Kuo dalam sebuah pernyataan.
Taipei menyerukan China untuk “memikul tanggung jawab global bersama Taiwan dan berupaya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kawasan,” katanya.
Latihan tersebut menambah kerumitan yang dihadapi Lai, di antaranya adalah kampanye yang memecah-belah oleh anggota parlemen saingannya untuk mengekang kekuasaan presiden. Pihak oposisi mendorong perubahan undang-undang yang akan memperluas kemampuan anggota parlemen untuk menyelidiki pemerintah, sehingga menyebabkan ribuan orang turun ke jalan untuk melakukan protes.
Puluhan ribu orang berkumpul di luar gedung legislatif di Taipei pada Jumat malam untuk melakukan unjuk rasa menentang RUU tersebut, sementara demonstrasi yang lebih kecil dilaporkan terjadi di kota-kota lain di sekitar pulau berpenduduk 23 juta orang tersebut.
Oposisi Kuomintang, mitra negosiasi pilihan China di pusat pembuatan chip, telah mendorong penyelesaian amendemen tersebut pada Jumat.
(bbn)