"Dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang," jelasnya.
Dia menyarankan masyarakat masih perlu waspada dengan potensi pertumbuhan awan hujan dan peningkatan curah hujan secara signifikan di beberapa wilayah di Indonesia.
"Meski dalam beberapa hari ke depan intensitas curah hujan di wilayah Jabodetabek diprediksi mulai berkurang, perlu diwaspadai potensi hujan yang dapat disertai kilat petir/angin kencang di wilayah Jabodetabek untuk sepekan ke depan," ujarnya.
Sebelumnya, BMKG mencatat hujan dengan intensitas di atas 100 mm terjadi di wilayah Jabodetabek pada Jumat (24/5). Guswanto menjelaskan hujan tersebut terpantau di Kecamatan Kemang, Bogor sebesar 155 mm, Kecamatan Bogor Barat sebesar 146.6 mm, Kecamatan Dramaga sebesar 123.8 mm, Kecamatan Leuwiliang sebesar 118.2 mm, dan Kecamatan Cisarua sebesar 108.0 mm.
"Faktor pemicu hujan dengan intensitas tinggi tersebut yaitu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang berada di kuadran 3 (Samudra Hindia), aktifnya gelombang Rossby Equatorial di sekitar Samudra Hindia Barat Sumatra perairan barat dan pesisir selatan Banten dan Jawa Barat," kata Guswanto
Tidak hanya itu faktor pemicu lainnya adalah pola pertemuan angin di wilayah Sumatera bagian Selatan hingga Samudera Hindia, dan suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa. Selain itu, labilitas atmosfer yang tinggi serta terpantaunya adveksi dingin dari selatan Jawa sehingga menyebabkan kelembapan yang tinggi cukup bertahan di wilayah pulau Jawa.
(lav)