Logo Bloomberg Technoz

Pidato Megawati, Pakar Sebut Separuh DNA Politik PDIP itu Oposisi

Mis Fransiska Dewi
25 May 2024 06:00

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan Cawapres Ganjar Pranowo di DPP PDI Perjuangan, Rabu (18/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan Cawapres Ganjar Pranowo di DPP PDI Perjuangan, Rabu (18/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri memberikan sinyal partai dan koalisinya pada Pemilu 2024 tak akan bergabung dengan Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Menanggapi hal itu, Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno berpandangan, PDIP memiliki pengalaman menjadi oposisi 10 tahun di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keputusan tersebut kemudian berbuah manis sehingga PDIP bisa memenangkan Pilpres 2014 dan 2019 saat mengusung Joko Widodo (Jokowi). 

“PDIP di Pemilu 2014 menang pileg dan pilpres. DNA politik PDIP separuhnya oposisi,” kata Adi saat dihubungi, Jumat (24/5/2024). 

Menurut dia, sikap PDIP sebagai oposisi berjalan natural dan tanpa diorganisir para elitnya. Sejumlah partai politik pun berpotensi menjalani pilihan yang sama dengan PDIP. Akan tetapi, kata dia, bukan karena partai tersebut ingin bergabung dengan PDIP, namun memiliki sikap politik yang sama.

Dosen Ilmu Politik dari Universitas Indonesia Aditya Perdana menilai, sudah sewajarnya PDIP menjadi oposisi untuk membangun kekuatan check and balance. Namun, menurut dia, Prabowo masih mungkin merangkul dan membawa PDIP masuk pada koalisi pada titik tertentu; atau saat ada kepentingan yang sama.