Koreksi harga emas dunia, terjadi karena investor melakukan ambil untung alias profit taking. Maklum, sebelumnya harga emas sudah naik tinggi sampai menembus rekor termahal sepanjang sejarah.
“Anda sedang melihat aksi jual selama seminggu terakhir. Ini biasa terjadi di pasar saat harga menyentuh rekor tertinggi,” ujar Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti diberitakan Bloomberg News.
Selain itu, ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) meredup. Hal ini terungkap dalam notula rapat atau minutes meeting Federal Reserve yang dirilis Kamis dini hari waktu Indonesia.
Dalam rapat teranyar, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5,5%. Ini adalah yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
‘Suasana kebatinan’ dalam rapat tersebut yang membuat harga emas anjlok. Sejumlah anggota Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai proses penurunan inflasi atau disinflasi masih berjalan lambat.
“Para peserta memandang bahwa inflasi akan kembali ke target 2% dalam jangka menengah. Namun, disinflasi mungkin akan berlangsung lebih lama dari perkiraan semula,” ungkap notula itu.
Bahkan, sejumlah peserta rapat menyatakan masih ada ruang untuk menaikkan suku bunga acuan jika dibutuhkan. “Beberapa peserta menyebut keinginan untuk mengetatkan suku bunga kebijakan lebih lanjut jika risiko inflasi terwujud, sehingga upaya itu menjadi layak (appropriate),” lanjut risalah rapat tersebut.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
“Harga emas terpangkas karena risalah rapat The Fed mengingatkan kita bahwa penurunan suku bunga masih jauh dari kata segera” tegas Tim Waterer, Chief Market Analyst KCM Trade, seperti diberitakan Bloomberg News.
(aji)