"Hasil terbaru jajak pendapat Bloomberg menunjukkan, keunggulan Trump makin menyempit sementara Biden berpotensi mempertahankan suara di 'Blue Wall'. Hasil yang diperoleh Biden sedikit lebih baik dibanding bulan lalu namun tetap menunjukkan Trump masih memimpin," kata Stuart Paul, Ekonom Bloomberg Economics untuk Amerika dan Kanada dalam publikasi yang dirilis hari ini, Jumat (24/5/2024).
Ada alasan mengapa Trump memimpin jajak pendapat di wilayah 'swing state'. Keunggulan Trump di wilayah-wilayah tersebut adalah karena faktor ekonomi. "Para pemilih di negara-negara bagian ini mengatakan perekonomian adalah isu penting bagi mereka dan mereka lebih percaya Trump akan menyelesaikan permasalahan [ekonomi] dengan benar," jelas Paul.
Dengan memasukkan perkiraan konsensus untuk prospek ekonomi AS ke depan, menggunakan permodelan pemilu dua partai Ray Fair, Biden berpeluang mendapatkan 50,8% dan Trump 49,2%.
Namun, mengingat perhitungan yang dilakukan oleh lembaga elektoral di mana beberapa negara bagian berpenduduk sedikit memainkan peran yang tidak proporsional dalam menentukan hasil pemilu, margin tersebut mungkin tidak cukup untuk membantu Biden tetap berkuasa. Sebagai informasi, pada 2016, Trump mampu memenangkan pemilu dengan hanya 46,2%, tertinggal dua poin persentase dari Hillary Clinton kala itu.
Sejauh ini pasar taruhan di AS menunjukkan peluang kemenangan Trump mencapai 50%, sedangkan Biden hanya 47%.
Secara keseluruhan, jajak pendapat tersebut tampak lebih cerah bagi Biden dibanding beberapa minggu lalu. Namun, gambaran besarnya adalah bahwa jajak pendapat, model Ray Fair, dan peluang taruhan menunjukkan persaingan pemilu pada November nanti akan ketat dan kursi kepresidenan AS masih ada dalam jangkauan Trump.
"Tentu banyak hal bisa berubah pada November dan banyak faktor selain ekonomi, mulai dari kasus pengadilan Trump hingga isu usia Biden, kandidat ketiga dan isu-isu kontroversial lain seperti hak reproduksi misalnya, bisa menjadi faktor penentu hasil pemilu," kata Paul.
(rui)