Logo Bloomberg Technoz

Indeks PMI Manufaktur AS juga melaju di zona ekspansi 50,9, lebih tinggi dibanding April di 50 dan di luar perkiraan pasar yang semula menduga akan ada kontraksi di 49,9. Sementara kinerja sektor jasa AS juga mencatat ekspansi di 54,8, naik dibanding 51,3 pada April dan melampaui ekspektasi pasar di 51,2.

Potret kuatnya perekonomian AS itu menambah bobot hawksih yang mengikis prospek penurunan bunga The Fed yang semula diprediksi akan dimulai November nanti, mundur menjadi Desember seperti tercermin dari pergerakan di pasar swap.

Arah prospek kebijakan bunga acuan yang bergeser membuat pamor dolar AS kembali bangkit dan membuat daya tarik aset-aset di pasar negara berkembang, emerging market, jadi berkurang. Inilah yang masih terlihat pagi ini di mana indeks dolar AS bangkit ke kisaran 105,1 dan menekan mata uang yang menjadi lawannya. 

Hampir semua uang Asia pagi ini terlihat melemah dipimpin oleh won Korea Selatan yang naik 0,61%, lalu ringgit Malaysia naik 0,31%, dissusul oleh baht Thailand 0,17%. Sejauh ini rupee India masih bertahan sedikit menguat 0,04%. 

Sedangkan pasar saham di Asia juga terlihat dilanda aksi jual merata. Indeks Nikkei Jepang tergerus 1,16%, Hang Seng juga turun 1,3%, Taiwan TAIEX juga tergerus 0,4%, Kospi Korea anjlok 0,94%. Begitu juga indeks saham di Singapura, Malaysia dan Filipina, semua tergerus turun.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir hari Rabu lalu ditutup melemah dan dalam tiga hari perdagangan pekan ini sudah anjlok 1,3%.

Rupiah masih bertahan di bawah Rp16.000/US$ pada Rabu lalu. Namun, bila pasar hari ini buka, rupiah hampir dipastikan akan terperosok lagi melampaui Rp16.000/US$. 

Di pasar offshore, rupiah ditutup melemah di kisaran Rp16.100/US$ tadi malam di pasar Amerika dan pagi ini masih lemah di Rp16.095/US$ untuk NDF 1 bulan.

(rui)

No more pages