“Ini tidak bisa diterima dan memaksimalkan kesiapan adalah prioritas utama saya,” kata Schmidt dalam keterangannya.
Schmidt mengatakan ia menargetkan kenaikan tingkat kesiapan paling tidak 10% pada 12 bulan mendatang.
“Tantangan kesiapan masih ada, seperti yang diindikasikan pada beberapa temuan Government Accountability Office [Kantor Akuntabilitas Pemerintah/GAO],” katanya.
Tingkat kesiapan drop dibandingkan tahun 2020, ketika rata-rata tingkat kemampuan misi penuh armada mencapai sekitar 39%, menurut GAO, sementara tingkat kemampuan parsial sebesar 69%.
Sementara itu, tingkat ketersediaan jet yang ditugaskan untuk misi tempur mencapai 65% pada akhir tahun fiskal 2022, menurut kantor uji operasional Pentagon.
Tidak dijelaskan apakah tingkat kesiapan bulan lalu itu menggambarkan penurunan sementara atau awal dari tren penurunan jangka panjang. Schmidt tidak menjelaskan penyebab penurunan tersebut tapi alasan yang sebelumnya ada adalah kurangnya suku cadang dan komponen mesin yang lebih sering rusak daripada yang diperkirakan.
Persoalan lainnya adalah waktu perbaikan yang lama serta modul tenaga mesin yang memerlukan perbaikan atau penggantian lebih cepat dari yang diperkirakan.
Rencana Schmidt untuk memperbaiki akan terfokus pada penanganan kesiapan pesawat yang paling besar degradasinya, melalui pertemuan setiap dua minggu dengan para personil program, pengguna internasional, Lockheed Martin Corp, Pratt & Whitney dan subkontraktor.
Dalam pratinjau laporan tahunannya tentang F-35, GAO juga menemukan bahwa:
Lockheed Martin terlambat mengirimkan 50% pesawatnya tahun lalu, prestasi terburuk dalam enam tahun. Pratt dan Whitney 2022 Raytheon Technologies Corp dalam analisis awalnya "menunjukkan bahwa kontraktor juga terlambat mengirimkan hampir semua mesinnya."
"Power and Thermal Management System" yang dirancang oleh subkontraktor Lockheed Martin untuk mendinginkan mesin "berkinerja buruk dan mengakibatkan berkurangnya masa pakai mesin" sehingga Pentagon memutuskan mesinnya harus diperbaharui.
(bbn)