Bloomberg Technoz, Jakarta - Wacana untuk membuat kenaikan sementara harga eceran tertinggi (HET) beras premium selepas 31 Mei 2024 sebagai kebijakan permanen dinilai akan membahayakan kesejahteraan petani, apabila tidak diimbangi dengan kebijakan penaikan harga pokok pembelian (HPP) gabah.
Ekonom Pertanian dari Center of Reform on Economics (Core) Eliza Mardian mengatakan kebijakan HET beras sebenarnya lebih menguntungkan sisi pedagang besar alih-alih petani, yang justru tengah merasakan penurunan harga gabah secara signifikan.
"Akan sangat berbahaya jika HET beras naik, sementara harga pembelian gabah tidak dinaikkan, jadinya daya beli petani tergerus," kata Eliza saat dihubungi, dikutip Kamis (23/5/2024).
"Jadi ketika HET beras terus naik, sedangkan HPP gabah tidak juga dinaikkan, ini membuat petani terbebani saat mereka membeli beras tambahan dengan harga beras yang tinggi," jelasnya.

Menurut ketetapan Badan Pangan Nasional (Bapanas) sejak April tahun in, HPP gabah kering panen (GKP) syang diterapkan bagi Perum Bulog (Persero) di tingkat petani adalah Rp6.000/kg atau naik dari sebelumnya Rp5.000/kg. Sementara itu, HPP gabah kering giling (GKG) di gudang Bulog yang sebelumnya Rp6.300/kg, naik menjadi Rp 7.400/kg.
Akan tetapi, menurut Eliza, realitasnya harga gabah di level petani justru anjlok dari rata-rata Rp7.000/kg GKP menjadi Rp5.000/kg—Rp.5.500/kg.
Komoditas Oligopoli
Di sisi lain, Eliza juga mengkritisi keadaan struktur pasar komoditas pertanian yang cenderung oligopsoni di tingkat petani dan oligopoli di tahapan selanjutnya, sehingga menyebabkan salah satu pihak memiliki keunggulan dalam pengambilan keputusan, termasuk soal harga.
"Sehingga distribusi ini menentukan harga, karena yang menyalurkan produk pertanian ini kan middle man [perantara]. Meski secara stok aman, kalau distribusinya enggak lancar, ya harganya tinggi secara artifisal," terangnya.
Eliza juga menyoroti adanya anomali dalam pergerakan harga beras. Jika berdasarkan teori permintaan dan penawaran, harga beras seharusnya stabil atau malah turun jika pasokan aman setelah panen raya.
"Namun, hal yang terjadi, terkadang stok aman tersedia belum tentu di konsumen ada karena ada mayoritas stok yang dikendalikan pedagang besar. Inilah yang menentukan harga [beras di pasaran]."
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyebut instansinya tengah menyiapkan skema kebijakan yang terbaik terhadap HET beras premium. "Kita siapkan yang terbaik," kata Arif ketika dikonfirmasi oleh Bloomberg Technoz.
Menurut Arief, kebijakan kenaikan HET beras juga harus turut memperhatikan berbagai pihak termasuk petani dan masyarakat.
Sekadar catatan, Bapanas belum lama ini memperpanjang relaksasi HET Beras hingga 31 Mei 2024. Semula, kebijakan tersebut hanya berlaku kurang lebih satu bulan sejak Maret 2024 dan berakhir di April 2024.
Perpanjangan HET ini disebut bertujuan dalam menjaga stok beras di pasar ritel modern maupun tradisional. Dengan demikian, HET beras premium naik dari Rp13.900/kg menjadi Rp14.900/kg.
(prc/wdh)